Terimah kasih atas kunjungan saudara ke blog saya ini, mudah-mudah bermanfaat. Jazakumullah khairan katsiran

Senin, 05 Maret 2012

Cinta, Ta’aruf-mu Salah Langkah!

akwatuna.com – Langit kemerah-merahan yang menyelimuti alam tempat tinggalku mulai merona dengan barisan awan-awannya di medan senja.  Aku yang duduk di bawahnya terusik pada iringan kisah masa laluku yang membuat hatiku sering diserang rasa dag dig dug tidak karuan. Traumatik rasanya. Ya… benar, benar-benar traumatik. Bagaimana tidak, cinta memang perkara fitrah namun kali ini cinta itu dibalut dengan kesalahpahaman manusia dalam mengartikan kata ta’aruf.
Beberapa waktu silam ketika aku beranjak dari dunia putih abu-abu, rasanya bebas sudah segala beban yang terus menerpa otak kiriku. Sedikit istirahat dari banyak buku yang menumpuk di meja belajar. Saat itu, mulailah aku melamar di salah satu lembaga kesehatan yang berbasis islamik, tak menunggu lama akhirnya aku diterima sebagai salah satu tenaga medis di sana. Uh… senangnya. Hatiku meronta-ronta gembira. Keseharianku yang sudah terlepas dari kewajiban sebagai pelajar, mulai ku isi celah-celah waktu dengan kegiatanku di dunia maya: membaca artikel islami, kata-kata motivasi, serta menggali wawasan keislamanku sebagai muslimah. Tak sengaja ketika aku membaca salah satu postingan Fans Page di situs jejaring social Facebook, aku tersentak kagum pada posting tersebut yang isinya mengisahkan bagaimana harmonisasi cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra yang tidak pernah disentuh oleh kesalahpahaman dalam mengapresiasikan cinta. Sucinya cinta mereka membuatku iri dan ingin menjadikan kisah hidupku dalam perkara cinta layaknya cinta yang dikisahkan mereka. Merasa tertarik, aku iseng-iseng meng-copas (copy-paste) posting tersebut dan ku update dalam status Facebook-ku, barangkali bisa menginspirasi teman-teman Facebook-ku yang lain ketika membaca status ini, dalam benakku berkata.
Wooww… ternyata status yang ku update itu memberikan banyak sumbangan jempol (like) pembacanya. Tak lama room chat Facebook-ku didatangi tamu tak diundang, yang sedikit mengusik aktivitasku di sana. (Siapakah dia?)  Ya, sebut saja dia Si Ikhwan, seorang Ikhwan yang lembut tutur katanya, yang fahim agamanya dan yang smart intelektualnya (-awalnya yang aku tau). Dia adalah seorang mahasiswa semester awal, jurusan Matematika Science, FMIPA di salah satu Universitas di Tangerang Selatan. Awalnya tak banyak bicara, namun intensitas komunikasi yang tak jarang di Facebook yang pada akhirnya membuat aku dan dia akrab juga. Lama-lama ko’ ada yang aneh ya kalau enggak’ komunikasi sama Ikhwan tersebut, walaupun yang dibicarakan adalah perkara-perkara urgensi seperti keagamaan dan seputar fakta kehidupan baik jasmani maupun ruhiyah. Tak menutup kenyataan hingga pada akhirnya aktivitas chatting dan saling bertukar postingan di Facebook semakin meningkat. Mulai dari memberikanku ucapan selamat dan motivasi karena telah diterimanya aku di salah satu lembaga kesehatan, sampai pada malam hari kelahiranku tiba, Ikhwan tersebut memberikanku banyak kejutan lewat puisi-puisi yang di posting dalam wall Facebook-ku hingga kata-kata yang dituturkannya dalam room chat yang berisi “Dik, Maukah adik menjadi istri kakak dunia dan akhirat”. Byuurr…. rasanya hati seperti disiram madu, manis rasanya. Ikhwan menawarkan diri untuk berta’aruf denganku dan berprinsip sebagai seseorang yang anti-pacaran. Seketika aku teringat pada kisah Ali dan Fatimah yang menginspirasiku untuk mengikuti jejak cinta mereka, mungkin ta’aruf adalah solusinya. Malam itu hanya rasa haru yang menyelimuti hati di malam miladku yang ke-17. Mungkin masih tergolong labil untuk belia sepertiku yang baru saja menginjakkan kaki di usia ke-17, apalagi ingin mengarungi hari ke dalam prosesi ta’aruf yang diharapkan akan berujung ke jenjang pernikahan. Saat itu aku tak banyak bicara, dan hanya mengiyakan apa yang dikatakan Sang Ikhwan saat berlangsungnya komunikasi di Facebook.
Sepertiga malam lepas dari obrolan tersebut, aku munajatkan segala isi hati yang menumpuk dalam benakku, istikharah cinta hampir ku lakukan setiap hari untuk memohon kepada-Nya agar jalan ta’aruf ini berjalan sebagaimana yang diinginkan aku dan Ikhwan tersebut. Hem… hari-hariku rasanya semakin sering dihabiskan berkomunikasi dengan Sang Ikhwan walau hanya di Facebook. Beberapa bulan berlalu, akhirnya Ikhwan memintaku agar dia bisa menghubungiku lewat telepon berkenaan dengan masalah urgensi yang terjadi dalam hubungan antara aku dan dia. Jelas pada akhirnya kami berdua bukan saja berkomunikasi lewat jejaring social Facebook tapi juga lewat telepon. Setiap hari Facebook dan telepon selularku dipenuhi dengan kehadiran Sang Ikhwan (ya… yang seperti ini sepertinya bukan lagi disebut ta’aruf) -tapi kala itu yang menguasai hati dan pikiranku adalah tentang dia dan keinginanku untuk menikah.
Melihat hari-hariku yang dipenuhi dengan komunikasi bersama Sang Ikhwan di telepon selular, Ibu, Ayah dan Saudara-saudaraku gerah juga, dan mencoba mencari informasi tentang Ikhwan tersebut, juga sejauh apa hubunganku dengan dia. Aku jelaskan kepada kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku mengenai keseriusannya padaku, walau tak sedetik pun aku dan Sang ikhwan tersebut pernah mengenal atau bertemu dalam dunia nyata. Zlep, serentak mereka terkejut dengan apa yang ku katakan, mungkin yang ada dalam benak mereka adalah kekhawatiran dan kewas-wasan yang saat itu juga tergambarkan di paparan raut wajah mereka, aku adalah gadis yang masih sangat belia, labil dan belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk diriku sendiri, mana mungkin aku bisa mengarungi bahtera rumah tangga yang jelas pasti banyak tantangan di dalamnya. Begitu sekiranya pikiran mereka terhadapku saat itu. Tapi aku mencoba untuk meredam kekhawatiran mereka dengan pemikiranku yang hanya tertuju pada keberlangsungan hubunganku dan Ikhwan. Alhasil mereka tetap tidak menyetujui hubungan ini. Berbagai cara mereka lakukan untuk meyakinkanku bahwa jalan yang ku ambil bersama Ikhwan adalah sebuah kekeliruan, nampaknya seperti terhipnotis oleh segala kelebihan Ikhwan dari segi agama, intelektual dan social, mati-matian aku membela Sang Ikhwan di depan keluargaku sendiri. Jelas mereka jadi sangat memusuhiku, gelar sebagai “Anak Pembangkang” juga telah dinobatkannya padaku. Sedih rasanya melihat perlakuan keluarga sendiri terhadapku hingga aku putuskan untuk menceritakan hal ini kepada Sang Ikhwan. Aku jelaskan kepada dia apa yang selama ini terjadi antara aku dan keluarga. Sang Ikhwan mencoba menjadi pendengar yang baik bagi hatiku dan menenangkan aku yang dilanda isak tangis kala itu. Entah apa yang telah dia rasuki ke dalam pikiranku, segala dan apa yang dia katakan nampaknya tak sedikit pun aku elakkan, selalu aku percaya apa-apa yang dia katakan dan yang diceritakannya kepadaku. Apa yang dia katakan selalu aku anggap benar, sehingga aku relakan memperjuangkan Sang Ikhwan di hadapan keluarga.
Suatu saat kedua orang tuaku memintaku agar Sang Ikhwan menemui mereka, menjelaskan apa yang terjadi antara aku dan Sang Ikhwan. “Jika Dia memang serius kepadamu, Bawalah Ikhwan tersebut menghadap Ayah dan Ibu” begitu kata mereka. Tak banyak kata, aku menyampaikan pesan Ibu dan Ayah kepada Ikhwan. Tanpa ambil pusing Sang Ikhwan mengiyakan undangan kedua orang tuaku dan berjanji akan menemui mereka. Aku sedikit tenang. Alhamdulillah, semoga pertemuan nanti akan membuka pintu hati keluargaku yang selama ini tertutup untuk kehadiran Sang Ikhwan, demikian hatiku berkata.
Hari berganti hari, janji hanya sekedar janji. Janjinya untuk menemui keluargaku selalu diundur-undur dengan alasan masih banyak pekerjaan yang harus dia urus dan selesaikan, sementara keluarga sudah berkali-kali menagih janji kepadaku. Aku bingung sendiri bagaimana menghadapi kondisi emergency ini. Suatu saat, ketika aku tengah menjalani aktivitas pekerjaanku sebagai tenaga kesehatan di lembaga tempat aku bekerja, seorang laki-laki dengan atasan berlapis jaket hitam dan celana hitam mendatangiku, awalnya aku kira hanya pasien biasa atau pelanggan yang ingin membeli obat, namun laki-laki itu melontarkan banyak pertanyaan seputar kesehatan kepadaku, ku jawab seperlunya dan tidak ingin banyak bicara. Pembicaraan selesai, laki-laki itu menyodorkan sebuah kitab bahasa Arab kepadaku, dan menjelaskan bahwa dia adalah seseorang yang diberikan kepercayaan dari Ikhwan untuk menyampaikan amanat berupa kitab bahasa Arab tersebut kepadaku. Dengan rasa terkejut dan keheranan hatiku bertanya-tanya “mengapa Ikhwan tersebut menyuruh laki-laki itu yang mengantarkan kitab ini?” Tanpa ambil pusing aku menerima kitab itu, dan laki-laki itupun segera pergi. Sampai di rumah, aku menceritakan kejadian tadi kepada keluarga, keluargaku terkejut dan berfikir sama dengan apa yang ku pikirkan, mengapa tak Ikhwannya langsung yang mengantarkan kitab itu kepadaku.
Beberapa hari setelah kejadian berlangsung, Sang Ikhwan mengirimkanku sebuah pesan singkat, segera ku buka inbox yang masuk di telepon selularku. “Aku dalam perjalanan menuju rumahmu, Malam ini aku akan datang memenuhi undangan orang tuamu”. Aku terdiam membaca pesan singkat ini, tak ada yang bisa menggambarkan perasaanku saat itu dan tanpa berfikir panjang aku kabarkan berita ini kepada orang tuaku. Aku hanya berharap pertemuan orang tuaku dan dia nanti akan membuka hati keluarga untuk kehadiran Ikhwan serta keberlangsungan hubungan ini, walaupun pertemuan ini telah ditunda-tunda sepihak selama beberapa bulan oleh Si Ikhwan. Tak lama seorang laki-laki berkostumkan kemeja kotak-kotak berlapiskan jaket hitam, bersarung hijau, mengenakan peci, ransel yang menggantung di punggungnya dan sebuah buku yang selalu menempel di tangannya ke manapun dia pergi yang merupakan ciri khas laki-laki tersebut tengah bertamu ke rumahku. Salah satu keluarga mempersilakannya duduk dan menunggu. Aku yang masih di dalam rumah mencoba melihat di balik jendela kamarku dan memastikan siapa orang yang tengah bertamu itu. Ku intip sedikit dan… Huuzsshhh, “bukankah yang seharusnya menemuiku adalah Ikhwan yang selama ini tergambar di pikiranku, tapi kenapa laki-laki ini lagi yang datang menemuiku? “Laki-laki yang tempo lalu mengantarkan sebuah kitab titipan Ikhwan kepadaku. Aku memanggil ayah dan menginterupsikan untuk menemui laki-laki itu. Ayah segera menemuinya sementara aku lebih memilih untuk mendengarkan pembicaraan mereka dari dalam. Selang beberapa menit pembicaraan mereka berlangsung, kakakku yang ada di dalam bersamaku, menyuruhku untuk menemui laki-laki itu bersama Ayah yang terlebih dahulu menemuinya. Terpaksa aku keluar juga, aku duduk di samping ayah dan mendengarkan pembicaraan mereka. Setelah mendengar jawaban dan penjelasan laki-laki itu atas pertanyaan ayah, serasa kepala mau pecah, kesal bercampur malu menjadi satu. Diam dan berusaha tenang yang hanya bisa ku lakukan saat itu. Kesimpulan dari jawaban laki-laki itu dan apa yang dijelaskannya kepadaku dan ayah adalah sebenarnya dialah Ikhwan yang selama ini menjalin hubungan denganku, bahwa dia bukanlah apa yang selama ini diceritakannya kepadaku, bahkan identitas sang Ikhwan yang selama ini aku tahu bukanlah identitas yang sebenarnya, identitas keluarganya yang diceritakan selama ini kepadaku bukanlah identitas yang sesungguhnya, bahkan beberapa cerita tentang aktivitasnya sehari-hari adalah bentuk rekayasa yang dibuatnya juga, foto-foto yang terlampir di belantara facebooknya adalah foto hasil smart-editing yang menjadikan gambar dirinya dalam foto tersebut sangat berbeda jauh lebih bagus dengan tampak aslinya. Dengan gamblangnya dia menjelaskan satu hal di hadapan aku dan ayah, bahwa awalnya dia hanya menjadikanku bahan eksperimen dan penelitian cintanya, namun tak menutup kenyataan bahwa pada akhirnya Sang Ikhwan juga terperangkap dalam permainan cintanya sendiri. Dia mencintaiku, dan berharap bisa melanjutkan hubungan denganku.
Mengetahui hal itu, keluargaku merasa terhina dengan apa yang dilakukannya padaku, tanpa kompromi lagi sudah jelas keluargaku tak sedikit pun merestui hubungan yang ku jalani bersamanya. Sembari menutup kekesalan, kekecewaan dan rasa malu-ku kepada orang tua dan keluarga besarku yang sebelumnya sudah mendengar kabar angin bahwa aku akan segera menikah, aku mencoba menghubungi Sang Ikhwan dan meminta penjelasan yang lebih luas tentang apa yang selama ini dia lakukan kepadaku, dengan menampilkan sikap baik seperti saat sebelum ku bertemu dengan dia, yang mencintai dia dan menghargai setiap apa yang dia katakan kepadaku. Dan ternyata penjelasan yang sama seperti yang dijelaskannya waktu dia ke rumahku yang aku dapatkan dari mulutnya lewat telepon. Ahh… aku tak percaya, seperti mimpi rasanya. Aku termenung dalam kekecewaanku, hari-hari ku lewati dengan penuh kebimbangan, dan rasa sakit yang mendera jiwa, ingin meninggalkan kisah kelam ini namun aku menyadari bahwa sedikit aku mencintainya namun banyak kenangan yang telah aku lalui bersamanya, aku telah terbiasa berkomunikasi dan aneh dirasa jika sehari saja tak mendengar suaranya dia pun merasakan hal yang demikian, dia sangat mencintaiku, cinta pertamanya adalah aku dan berharap kelak aku bisa menjadi istri baginya. Namun melihat situasi dan kondisi keluargaku yang tak lagi sedikit pun memberi restu, rasanya tidak mungkin hubungan ini bisa dilanjutkan, Sang Ikhwan-pun penuh kebimbangan, di satu sisi dia sangat mencintai aku dan ingin mempertahankan hubungan yang telah berlangsung ini, tapi di sisi lain restu dari keluargaku sudah tak mungkin lagi didapatkan akibat ulahnya sendiri. Sementara, aku rapuh di atas kekecewaan terhadap apa yang telah dilakukannya padaku selama ini, pikiranku semakin kacau tidak karuan, suka merenung dan menangis seketika. Di tengah ketermenungan, aku mencoba menghibur diri dan log in ke Facebook-ku, barangkali banyak postingan yang bisa memotivasi diriku yang sedang dalam keterpurukan, ku buka dan ku dapatkan Message dari seorang Akhwat yang sedikit banyak memberikan motivasi dan banyak pelajaran berharga.
“Assalamu’alaikum Ukhti…”
Bagaimana kabar imanmu hari ini? Semoga hatimu masih dalam tuntunan dan Rahmat-Nya.
Ukht… Jika kamu selalu murung dan menyesali apa yang tengah melandamu saat ini, mungkinkah kamu bisa saja disebut sebagai hamba-Nya yang kurang bersyukur???
Ukhti… engkau adalah gadis belia yang cantik dan manis, keinginanmu untuk menikah adalah atas izinnya, tapi satu hal yang selalu kita lupa ukht… apa yang menjadi Izin-Nya tak berarti menjadi Ridho-Nya. Jangan ukhti… jangan engkau selalu meratapi dan menyesali apa yang telah berlaku dalam hidupmu, Allah punya rencana indah di atas rencana. Apa yang kamu alami sudah menjadi Rencana-Nya, dan di atas Rencana-Nya, Allah mempunyai Rencana lain untukmu ukhti. Sadarilah bahwa Allah Subhaanahu wa ta’ala adalah sebaik-baiknya Dzat Perencana.

“Dan berencanalah kalian, Allah membuat rencana. Dan Allah sebaik-baik perencana.” (Ali Imran: 54)
Cinta memang terkadang membuat kita lupa akan Kebesaran-Nya, taukah kau ukhti…
Cinta yang Hakiki adalah cinta karena-Nya, jika cinta dalam hatimu datang semata-mata karena-Nya, engkau pun harus ikhlas meninggalkan cinta semata-mata karena-Nya. Cinta yang suci itu cinta yang tak pernah tersentuh oleh “cinta” sebelum cinta itu menjadi kehalalan bagi penikmatnya, sekalipun cinta itu hanya ada dalam kata-kata.  Bisa jadi apa yang engkau alami saat ini adalah sebuah teguran sebagai bentuk rasa Cinta-Nya terhadapmu Ukhti. Mungkin selama ini engkau lupa bahwa apa yang kau jalani bersama seseorang yang engkau kagumi bukanlah sebuah tindakan yang di-Ridhai-Nya. Dan Allah sedang memberikan Petunjuk-Nya kepadamu… “Maka Allah menyesatkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki… (QS. Ibrahim: 4)

Ukhti mungkin engkau akan bertanya-tanya atas ujian yang melanda hatimu saat ini. Kenapa engkau diuji?? Allah telah menjawab dalam Al-Qur’an ukht:  “Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang yang benar dan, sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” – (QS. Al-Ankabut ayat 2-3)
Dan jika engkau bertanya: Mengapa aku tak dapat apa yang aku idam-idamkan?
Allah juga telah menjawab dalam Al-Qur’an: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” – (QS Al-Baqarah ayat 216)
Sungguh Maha Benar Allah atas segala Firman-Nya. Bersyukurlah ukhti, karena itu kunci pembuka Rahmat-Nya, Allah sedang mengetuk hatimu, lihatlah bagaimana Allah sangat mencintaimu ukht, Allah sedang memanggilmu untuk segera kembali ke jalan yang di-Ridhai-Nya.
Ukhti… sungguh aku mencintaimu karena Allah…
Aku menorehkan pesan ini kepadamu karena Allah
Aku melihat keberadaanmu karena Allah…
Dan kita dipertemukan karena Allah, Insya Allah…
“Wassalamu’alaiki yaa Ukhti”
Tersentak air mataku bercucuran dan hatiku luluh dalam tangisan, haru dan bahagia yang kurasa saat itu, membaca inboxnya hatiku seperti ditiupkan nyawa kembali. Ya… dia adalah rekan kerjaku, seorang akhwat yang lemah lembut, pintar, sopan, berjilbab lebar, dan setiap apa yang dikatakannya mampu menenangkan hati pendengarnya, sungguh beliau salah satu cerminan Akhwat sejati. Memang, sejak awal lingkungan tempat kerjaku adalah tempat yang mampu memberikanku banyak hikmah di dalamnya, mulai dari aku yang belajar memperbaiki pakaianku, yang biasanya jilbab setengah-setengah mulai ku labuhkan jilbab lebar, itulah jilbab syar’i, kemudian aku yang mulai menyadari urgensi tarbiyah bagi muslimah sampai pada ukhuwah islamiyah yang mendarah daging. Subhaanallaah. Serasa, Aku ingin mencintainya karena Allah, dan aku ingin seperti dia karena Allah. Aku bangkit dan aku harus berubah, semangatku membara. Pada hari itu juga ku putuskan untuk tidak melanjutkan hubungan terlarang dengan Ikhwan tersebut yang telah berlangsung kurang lebih 6 bulan lamanya, ku hubungi kembali Sang Ikhwan dan ku katakana padanya bahwa aku ingin mengakhiri hubungan terlarang ini. Marah, kesal, dan emosi bercampur kata-kata kasar yang justru Ikhwan itu lontarkan kepadaku, hinaan bahkan cacian si Ikhwan ditimpa padaku saat aku memutuskan hubungan terlarang itu. Ya… sepertinya dia belum bisa menerima keputusananku, jiwanya tak terkontrol sementara marah menjadi raja atas dirinya ketika aku memutuskannya, semua aku lakukan karena aku baru menyadari bahwa hubungan yang selama ini aku jalani bukanlah cinta layaknya serial cinta Ali dan Fathimah, apa yang ku jalani bukanlah kesucian cinta yang menjadi fitrah dari Allah Ta’ala, justru kecelakaan cinta namanya. Sakit memang sakit mendengar kata-kata kasar yang keluar dari mulut Sang Ikhwan, namun jiwaku mungkin akan lebih sakit jika masih ku jalani hubungan terlarang itu dengannya. Hanya bait-bait doa mengharap ampunan-Nya yang mampu ku tuturkan kala kegoncangan jiwa itu melanda “Yaa Rabb, Cinta yang datang semata-mata karena-Mu, cinta itu juga akan pergi semata-mata karena-Mu, maka berikanlah aku keikhlasan dalam menerima datang dan perginya cinta yang Engkau fitrahkan pada setiap diri manusia. Dan sisi-kan-lah aku dalam penjagaan-Mu siang maupun malam ketika cinta itu datang dan pergi seketika. Hanya kepada-Mu aku berserah diri yaa Rabb….

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/02/19002/cinta-taaruf-mu-salah-langkah/#ixzz1oFXsFvuI

Jumat, 02 Maret 2012

Rindu Pekanbaru

Masih teringat kenangan indah ramadhan di kota Pekanbaru, saat itu saya bertemu dengan sahabat-sahabat yang mempunyai ghirah yang luar biasa, meskipun mereka belajar di Universitas Riau, akan tetapi masalah ibadah tak pernah ketinggalan.

Rasanya, Masjid Arfaunnas tak pernah sepi dari kehadiran mahasiswa dan mahasiswi UNRI. karena memang masjid ini terletak di jantung kampus UNRI. selain itu masjid ini juga dijadikan sebagai aula pertemuan jika ada acara-acara mahasiswa.

Di sudut masjid ini ada satu sekretariat "Unit Kegiatan Mahasiswa Islam" atau lebih dikenal dengan UKMI. Aktivis UKMI adalah kader-kader dakwah yang tak pernah lelah dalam menyemarakkan acara-acara keislaman, seperti mabit, bedah buku Islam, liqo'at dan banyak kegiatan bermanfaat lainnya.

Satu hal yang tidak pernah saya lupakan saat-saat pertama berkunjung ke UNRI adalah bertemu dengan ikhwah-ikhwah yang ramah, meskipun kami belum pernah bertemu sebelumnya. Kebetulan temanku adalah salah seorang aktivis UKMI, jadi ketika saya baru sampai di kota Pekanbaru, beliau langsung memintaku untuk mengisi tausyah dalam acara buka bersama UKMI.

Hatiku bahagia bercampur gugup karena baru pertama kali menyampaikan ceramah di hadapan mahasiswa dan mahasiswi. tapi saya menyanggupi permintaan temanku tadi. karena nggak enak juga kan, kita mahasiswa jawa, masa' ceramah aja nggak bisa..:)

Selain itu saya juga bertemu dengan seorang ustadz yang akrab dipanggil dengan Ust Tajuddin Nur, Lc. ternyata beliau termasuk salah seorang seniorku di Al Azhar. tausyah-tausyah beliau sangat menyentuh. disamping itu juga beliau menjadi imam besar di masjid kampus UNRI.

Sekarang, saya sedang merindukan Pekanbaru, kota yang yang menyisakan kenangan indah. Meskipun saya belum pernah menyipi pendidikan di kota bertuah ini. Entah mengapa, wallahu'alam. mungkin karena Pekanbaru  banyak akhwat. Upss... :)) maklum masih bujangan. Hehehe.

Pekanbaru... Insya Allah saya akan kembali datang untuk menggetarkan bumi-mu. bumi yang akan lahir darinya generasi-generasi yang akan memperjuangkan dakwah Islam kedepan. Bi'idznillah!

Foto Profil dan Statusku

Kita pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya foto profil. Yha, wong buka fbnya tiap hari (ketahuan facebooker abis nih yee). Foto profil terkadang menjadi acuan bagi sebagian orang dalam meng-confirm atau meng-add seseorang. Karena dengan foto profil ini kita akan mengenal siapa orang yang sedang kita add atau diconfirm.

Setiap orang pasti berusaha menjadikan foto profilnya adalah foto yang paling terganteng (yang merasa ganteng adja) selama hidupnya. Niatnya macam-macam, ada yang naruh fotonya biar bisa menarik perhatian lawan jenis biar bisa dibilang: "nih cowok cool banget sih", begitu juga dengan yang perempuan ia akan berusaha menjadikan fotonya yang paling narsis biar banyak yang naksir (sok cakep).

Tapi ada juga orang yang nggak mau memajang foto dirinya. Alasannya bermacam-macam, ada yang nggak ingin diketahui identitasnya, atau kurang pede cause wajahnya kurang enak dipandang (sorry bagi yang ngerasa hehe). Ada juga yang nggak ingin memajang fotonya biar nggak di add sama cewe-cewe nakal alias nggak jelas (jaim gitu lho).

Aktivitas perfesbukan tanpa kita sadari banyak mencuri waktu-waktu luang kita. Bahkan waktu belajar kita juga dicuri (dasar maling loe!). Sebenarnya dampak positif dan negatif fesbuk itu tergantung pengguna fesbuk itu sendiri. Ada yang sibuk chatting aja sampai-sampai lupa sholat dan makan (gawat nih), ada juga yang hobi nge-liat foto-foto orang lain, ada juga Mr. Updater, setiap kali log-in nggak lupa untuk meng-update statusnya.

Statuspun beragam pula macamnya, ada yang selalu memberitakan perihal dirinya "lagi fitness nih" atau "lagi sedih ditinggal kekasih" pokoknya semua statusnya tentang dirinya pribadi. Yang parahnya kalo lagi sholat masih membuat status "lagi rakaat kedua nih" (Pliis dhe :).

Trus, status-status yang dibuat hanya menceritakan kisah-kisah duka dalam hidupnya sehari-hari, memang manusia suka mengeluh yha. Niatnya biar banyak yang kasih perhatian and dikomen sama orang lain. Jarang banget orang kalo lagi dapat rejeki diumumin di fesbuk "baru nerima gaji nih, bagi yang ingin ditraktir tunggu di Rumah Makan Takana Juo". Pas lagi dapat rejeki diam-diam aja (dasar pelit hehe).

Alangkah baiknya kita membuat status-status yang bermanfaat bagi orang lain, bukankah sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain. Tak ada salahnya kita mencontoh prinsip twitteran ala Salim A Fillah. Di antaranya dalam membuat status. Pertama: hanya yang baik: benar isinya, indah caranya, tepat waktunya. Atau DIAM menyimak, mengambil ibrah terbaiknya.

Kedua: Hindari dusta meski sedang bercanda, hindari debat-perbantahan yang tak lahirkan amal, meski berada di pihak nan benar. Ketiga: Berceritalah tentang diri, tapi tak perlu banyak-banyak. Sebab yang mencinta tak memerlukan, yang benci takkan percaya. Keempat: Bersikap santun jika berada di jalan benar. Sebab orang benar nan tak santun melunturkan hormat insan pada kebenaran.

Kelima: Setiap keterlibatan dalam ghibah & aib sesama, membuat pahala diambil & dosa si teraib ditambahkan ke buku amal kita. Keenam: Pada tiap gaya, kita ingat bahwa; banyak canda turun wibawa, banyak keluh kehormatan jatuh, mudah marah jatuh ‘izzah.

Sebenarnya masih banyak sih prinsip twitter Ust. Salim A Fillah. tapi, trik and tips di atas sepertinya sudah cukup untuk berbuat kebaikan di dunia maya. Ingat, semua status dan komen yang kita buat akan menjadi catatan amal baik atau buruk yang kita lakukan. Malaikat Raqib dan Atid selalu siap mencatat semua yang kita kerjakan.

Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan, lebih dan kurangnya saya mohon maaf dan saya akhiri...(kayak abis kultum aja Stad!). Okey deh, semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi diriku dan antum2 semua. Tap Smangat!

 SUMBER : by Akhrie Ar Robbani


Ekuilibrium Umum dan Efesiensi Persaingan Sempurna

Analisis Ekuilibrium Parsial adalah proses penelaahan kondisi ekuilibrium di pasar individual dan di rumah tangga serta perusahaan individual secara terpisah.(Case Fair. Hal 295)
Ekuilibrium umum terjadi ketika semua pasar pada perekonomian berada dalam ekuilibrium secara serentak. Suatu kejadian yang mengganggu ekuilibrium pada satu pasar mungkin juga mengganggu ekuilibrium di banyak pasar lain. Dampak akhir dari kejadian itu tergantung pada cara semua pasar menyesuaikan diri terhadap kejadian tersebut. Jadi, analisis ekuilibrium parsial, yang melihat penyesuaian satu pasar yang terisolasi, dapat menyesatkan.(case fair. Hal 295)

Sedangkan menurut buku microeconomics 5th edition, oleh Robert S. Pyndick dan Daniel L. Rubinfeld
Edisi bahasa Indonesia PT INDEKS, Jakarta 2005
Analisis ekuilibrium parsial adalah penentuan harga dan jumlah ekuilibrium dalam suatu pasar tanpa bergantung pada pengaruh-pengaruh dari pasar lainnya. (hal 254)
Analisis ekuilibrium umum adalah penentuan secara bersamaan harga dan jumlah dalam semua pasar yang relevan, dengan memperhitungkan pengaruh umpan balik. (hal 254)
Suatu pengalokasian akan berjalan efisien apabila tidak satu pun konsumen dapat lebih diuntungkan melalui perdagangan tanpa mengakibatkan konsumen lainnya lebih dirugikan. Apabila konsumen melakukan semua perdagangan yang sama-sama menguntungkan, hasilnya adalah pareto yang efisien dan terletak pada kontrak.
Dalam buku lain, Pengantar ekonomi mikro, karangan sudarsono,cetakan kedua1984, LP3ES
dikatakan bahwa ekuilibrium parsial dapat digambarkan melalui catatan ceteris paribus, sedangkan analisis ekuilibrium umum diartikan sebagai semua variabel sebanyak yang mampu kita pikirkan, untuk semua jenis barang di semua pasartidak hanya berlaku untuk konsumen tetapi juga untuk produsen. ( hal. 342 )

Pure competition and Efficiency
Productive efficiency requires that goods be produced in the least costly away.
Allocative efficiency requires that resources be apportioned among firms and industries so as to yield the mix of products and services that is most wanted by society (consumers). Allocative efficiency has been realized when it is impossible to alter the combination of goods produced and achieve a neg gain for society.( hal.188)
Allocative Efficiency : P=MC
Case fair
Efisiensi Pareto
Efisiensi Pareto atau optimalitas Pareto adalah suatu kondisi di mana tidak mungkin terjadi perubahan, yang akan membuat beberapa anggota masyarakat lebih beruntung, tanpa membuat anggota masyarakat lain merasa lebih merugi. (hal. 302 )
Suatu perekonomian yang efisien adalah perekonomian yang memproduksi barang dan jasa yang diinginkan oleh masyarakat dengan biaya yang serendah mungkin. Perubahan dikatakan efisien jika membuat beberapa anggota masyarakat menjadi lebih diuntungkan tanpa merugikan yang lainnya. System yang efisien atau pareto optimal adalah system dimana perubahan seperti itu tidak dimungkinkan.
Jika perubahan membuat beberapa orang menjadi lebih diuntungkan dan beberapa lainnya merugi, tapi bisa diperlihatkan bahwa nilai keuntungan itu melebihi nilai kerugiannya, perubahan itu dikatakan efisien secara potensial, atau cukup disebut efisien.

Menurut buku mikroekonomi edisi kelima
Suatu pengalokasian akan berjalan efisien apabila tidak satu pun konsumen dapat lebih diuntungkan melalui perdagangan tanpa mengakibatkan konsumen lainnya lebih dirugikan. Apabila konsumen melakukan semua perdagangan yang sama-sama menguntungkan, hasilnya adalah pareto yang efisien dan terletak pada kontrak.

Suatu ekuilibrium yang bersaing menggambarkan beberapa harga dan jumlah. Apabila masing-masing konsumen memilih pengalokasian yang paling disukainya, jumlah yang diminta akan sama dengan jumlah yang ditawarkan dalam setiap pasar. Seluruh pengalokasian ekuilibrrium yang bersaing terletak pada kurva kontrak pertukaran dan merupakan pareto yang efisien.


Case fair
Dalam batasan yang diberlakukan oleh pendapatan dan kekayaan, rumah tangga bebas memilih di antara semua barang dan jasa yang tersedia dalam pasar output. Duatu rumah tangga akan membeli barang selama barang itu menghasilkan utulitas, atau nilai subjektif, yang lebih besar daripada harga pasarnya. Nilai utilitas terungkap dalam perilaku pasar. Anda tidak akan keluar dan membeli sesuatu kecuali anda mau membayar setidaknya sebesar harga pasar. (hal. 305 )

Mikroekonomi
Batas Kemungkinan Utilitas
Batas kemungkinan-kemungkinan adalah kurva yang menunjukan semuaa pengalokasian sumber daya yang efisien, yang diukur dari segi tingkat utilitas dua individu. ( hal. 265 )
Batas kemungkinan-kemungkinan utulitas mengukur seluruh pengalokasian yang efisien dari segi tingkat utilitas yang dicapai setiap orang. Meskipun kedua individu tersebut lebih menyukai beberapa pengalokasian dibandingkan suatu pengalokasian yang tidak efisien, tidak setiap pengalokasian yang efisien pasti begitu lebih disukai. Dengan demikian, suatu pengalokasian yang tidak efisien data lebih adil daripada suatu pengalokasian yang efisien.
Case fair
KEGAGALAN PASAR
Kegagalan pasar terjadi jika sumber daya salah dialokasikan, atu dialokasikan secara tidak efisien. Hasilnya adalah pemborosan dan hilangnya nilai.
Sumber utama kegagalan pasar :
1.    Struktur pasar yang tidak sempurna, atau perilaku non kompetitif.
2.    Eksistensi barang public
3.    Keberadaan biaya dan manfaat eksternal.
4.    Informasi tidak sempurna.
Persaingan tidak sempurna
Persaingan tidak sempurna adalah suatu industry dimana satu perusahaan dapat mengendalikan harga dan persaingan industry dengan persaingan tidak sempurna menimbulkan alokasi sumber daya yang tidak efisien
Monopoli
Monopoli terjadi ketika ada satu industry yang hanya terdiri dari satu perusahaan yang memproduksi produk yang tidak memiliki subtitusi dekat dan ada hambatan yang signifikan untuk mencegah perusahaan baru memasuki industry itu.
Barang Publik
Barang public atau barag sosial adalah barang atau jasa yang memberikan manfaat kolektif bagi anggota masyarakat. Secara umum, tidak ada seorang pun yang dikecualikan menikmati manfaat ini.
Barang pribadi adalah produk yang diproduksi oleh perusahaan untuk dijual pada rumah tangga individual.
Eksternalitas
Eksternalitas adalah biaya atau manfaat yang disebabkan oleh beberapa aktivitas atau transaksi yang ditanggung atau dibebankan pada pihak ynag tidak melakukan aktivitas atau transaksi itu. ( case & fair; hal, 310 )
Informasi tidak sempurna
Tidak adanya pengetahuan yang lengkap menyangkut karakteristik produk, harga yang berlaku, dan seterusnya.

Mikroekonomi
Kegagalan Pasar
Pasar yang bersaing mungkin tidak akan efisien karena empat alasan:
1. perusahaan atau konsumen mungkin mempunyai kekuatan pasar dalam pasar masukan atau keluaran.
2. konsumen atau produsen mungkin mempunyai informasi yang tidak lengkap dan karena itu mungkin salah dalam keputusan-keputusan konsumsi dan produksi mereka.
3. mungkin terdapat eksternalitas.
4. beberapa barang umum yang diinginkan masyarakat mungkin tidak diproduksi.
( hal.282 – 284 )


Case fair
Mengevaluasi Mekanisme Pasar
Sumber kegagalan pasar, seperti pasar tidak sempurna, barang public, eksternalitas, dan informasi tak sempurna dianggap oleh banyak pihak dapat menjustifikasi eksistensi pemerintah dan kebijakan pemerintah yang berusaha meredistribusi biaya dan pendapatan atas dasar efisiensi, ekuitas atau keduanya.
Kesimpulan
Dari buku – buku yang telah kami resume, kami dapat membandingkan bahwa efisiensi pasar persaingan sempurna merupakan perekonomian yang memproduksi barang dan jasa yang diinginkan oleh masyarakat dengan biaya yang serendah mungkin. Perubahan dikatakan efisien jika membuat beberapa anggota masyarakat menjadi lebih diuntungkan tanpa merugikan yang lainnya. System yang efisien atau pareto optimal adalah system dimana perubahan seperti itu tidak dimungkinkan. Serta Suatu pengalokasian akan berjalan efisien apabila tidak satu pun konsumen dapat lebih diuntungkan melalui perdagangan tanpa mengakibatkan konsumen lainnya lebih dirugikan. Apabila konsumen melakukan semua perdagangan yang sama-sama menguntungkan, hasilnya adalah pareto yang efisien dan terletak pada kontrak.
Dengan demikianKegagalan pasar terjadi jika sumber daya salah dialokasikan, atau dialokasikan secara tidak efisien. Hasilnya adalah pemborosan dan hilangnya nilai dari suatu pasar tersebut. Ini merupakan beberapa sumber utama yang menyebabkan kegagalan suatu pasar:
1.    Struktur pasar yang tidak sempurna, atau perilaku non kompetitif.
2.    Eksistensi barang public
3.    Keberadaan biaya dan manfaat eksternal.
4.    Informasi tidak sempurna.



Sumber buku

1.    (Case Fair. 2007.  Prinsip-prinsip Ekonomi Jilid 1. Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.)
2.    microeconomics 5th edition, oleh Robert S. Pyndick dan Daniel L. Rubinfeld Edisi bahasa Indonesia PT INDEKS, Jakarta 2005.
3.    Pengantar ekonomi mikro, karangan sudarsono,cetakan kedua1984, LP3ES

Strategi Produk dan Distribusi

* Strategi Produk
Produk adalah sekumpulan atribut fisik, jasa, dan symbol yang didesain untuk memuaskan berbagai keinginan pelanggan.
Strategi produk lebih dari sekadar memproduksi barang dan jasa serta berfokus pada manfaat. Strategi produk termasuk juga merek, citra produk, garansi, atribut jasa, pengemasan, pengembangan produk baru, dan layanan konsumen.

* Klasifikasi barang dan jasa
Klasifikasi barang dan jasa konsumen
1.    Produk Convenience (convenience products)
2.    Produk Belanja (shopping products)
3.    Produk khusus (specialty products)
Produk convenience adalah jenis produk yang sering dicari konsumen, praktis, dan dengan sedikit usaha untuk memperolehnya. Contohnya : surat kabar, permen karet, popok sekali pakai, dan roti.
Produk belanja adalah produk yang cenderung dibeli setelah pembeli membandingkannya dengan produk-produk pesaing.
Produk khusus adalah produk dimana pembeli bersedia melakukan usaha khusus untuk mendpatkannya. Pembeli sudah mengenal barang tersebut dan memahami tidak ada substitusi yang setara. Contohnya : mobil Jaguar.
Produk belanja untuk seseorang mungkin akan menjadi produk convenience bagi orang lain. Setiap klasifikasi jenis produk berdasarkan pola membeli konsumen.

Klasifikasi barang bisnis
Produk bisnis adalah barang dan jasa yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan mencakup mesin, peralatan, bahan mentah, suku cadang komponen, dan bangunan yang digunakan untuk menghasilkan produk lain untuk dijual kembali. Produk-produk yang tahan lama dan relative mahal disebut barang modal (capital items). Produk-produk yang murah yang dikonsumsi selama satu tahun dinamakan barang beban (expense items).

Lini Produk dan Bauran Produk
Lini produk (product line) adalah sekelompok produk yang terkait ditandai oleh kesamaan fisik atau dimaksudkan untuk pasar yang sama.
Bauran produk adalah pilihan lini produk dan penawaran individual dari perusahaan.

* Daur Hidup Produk
Tahap dari Daur Hidup Produk :
1.    Perkenalan
2.    Pertumbuhan
3.    Kematangan
4.    Penurunan
Perkenalan
Pada tahap perkenalan, perusahaan mencoba untuk mempromosikan permintaan atas penawaran baru, menginformasikan pasar tentang produk tesebut, memberikan sampel untuk mendorong konsumen melakukan pembelian percobaan produk, dan menjelaskan fitur, kegunaan, dan manfaatnya.



Pertumbuhan
Pada tahap ini penjualan meningkat dengan cepat ketika para pelanggan baru bergabung menjadi pengguna awal yang kembali membeli produk tersebut diiringi dengan penerimaan laba dari produk baru.
Kematangan
Pada tahap ini penjualan mencapai tahap kejenuhan. Perusahaan berkonsentrasi meraih pelanggan dari para pesaing, sehingga seringkali menurunkan harga untuk menambah daya tarik. Pada akhir tahap ini beberapa pesaing yang lebih lemah meninggalkan pasar. Sepanjang tahap ini, perusahaan mempromosikan produk-produknya secara agresif untuk melindungi pangsa pasar mereka dan untuk membedakan produk mereka dari para pesaing.
Penurunan
Tahap terakhir dari daur ulang produk adalah tahap Penurunan. Laba menurun dan akan berubah menjadi rugi ketika pemotongan harga terus terjadi dalam pasar keseluruhan yang telah berkurang untuk barang tersebut. Para pesaing secara perlahan keluar dari industry.

* Tahap dalam Pengembangan Produk Baru
Ada enam tahap proses pengembangan barang dan jasa yaitu :
1.    Menghasilkan ide produk
2.    Penyaringan
3.    Analisis pengembangan konsep dan bisnis
4.    Pengembangan produk
5.    Pengujian pemasaran
6.    Komersialisasi
Langkah awal dari proses pengembangan produk adalah menghasilkan ide untuk penawaran baru. Ide bisa datang dari banyak sumber, termasuk saran dari pelanggan, pemasok, karyawan, ilmuwan peneliti, penelitan pemasaran, penemu di luar perusahaan, dan produk pesaing.
Pada tahap kedua penyaringan mengeliminasi ide-ide yang tidak sejalan dengan sasaran keseluruhan perusahaan atau tidak mampu dikembangakan karena keterbatasan sumber daya perusahaan.
Pada Fase analisis, penyaringan lebih lanjut dilakukan. Analisis melibatkan penilaian terhadap penjualan potensial, laba, tingkat pertumbuhan, dan kekuatan persaingan dari produk baru, dan apakah produk tersebut cocok dengan sumber daya produk, distribusi, dan promosi dari perusahaan.
Selanjutnya, sebuah produk sebenarnya dikembangkan, setelah melalui serangkaian pengujian dan perbaikan.
Pada tahap pengujian pemasaran, produk tersebut dijual dalam wilayah terbatas sementara perusahaan meninjau baik tanggapan dari konsumen dan usaha pemasran yang digunakan untuk mendukungnya. Beberapa perusahaan memilih untuk meloncati pengujian pemasran karena merasa bahwa pengujian tersebut dapat membocorkan strategi produk mereka kepada para pesaing.
Pada tahap akhir, yaitu komersialisasi. Pada tahap ini produk secara umum tersedia di pasaran. Terkadang tahap ini dikenal juga sebagai peluncuran produk. Perencanaan yang hati-hati ada dalam tahap ini, karena distribusi, promosi, dan strategi harga dari perusahaan harus dikerahkan untuk mendukung penawaran produk baru.

* Identifikasi Produk

Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, symbol, desain, atau beberapa kombinasi yang digunakan untuk mengidentifikasi produk dari satu perusahaan dan untuk membedakan mereka dari penawaran pesaing.
Nama merek (brand name) adalah bagian dari merek yang terdiri atas kata-kata atau huruf-huruf yang terdapat dalam sebuah nama, yang digunakan untuk membedakan penawaran-penawaran perusahaan dari para pesaingnya.
Merek dagang (trademark) adalah sebuah merek yang telah diberikan perlindungan legal. Perlindungan ini diberikan khusus kepada pemilik merek. Perlindungan merek dagang termasuk bukan hanya nama merek tetapi juga logo desain, slogan, elemen pengemasan, dan fitur produk seperti warna dan bentuk.

* Memilih Sebuah Nama Merek yang Efektif

•    Nama merek yang efektif mudah untuk diucapkan,dikenali, dan diingat, dan mereka menggambarkan citra yang baik kepada para pembeli.
•    Nama merek tidak mengandung kata-kata umum, seperti televisi atau otomobil.
•    Dalam kondisi tertentu, perusahaan kehilangan hak eksklusif untuk nama merek mereka jika kata tersebut digunakan secara umum sehingga membuat merek mereka menjadi terminology umum untuk kategori produk tertentu. Contoh : Honda, Aqua.

* Kesetiaan Merek dan Ekuitas Merek
Kesetiaan merek diukur dari 3 tingkatan, yaitu :
1.    Pengenalan merek (brand recognition)
2.    Pemilihan merek (brand preference)
3.    Ketahanan merek (brand insistence)
Pengenalan merek adalah ketika penerimaan merek cukup kuat sehingga konsumen menyadari merek tersebut, tetapi tidak cukup kuat untuk menimbulkan preferensi dibandingkan merek-merek lain. Iklan, sampel gratis, dan kupan diskon di antaranya adalah cara-cara yang paling umum dalam meningkatkan pengenalan merek.
Pemilihan merek terjadi ketika seorang konsumen memilih satu merek perusahaan dibandingkan satu pesaingnya. Pada tahap ini, konsumen biasanya mengandalkan pengalaman sebelumnya dalam memilih produk.
Ketahanan merek adalah tingkat tertinggi dari kesetiaan terhadap merek, di mana konsumen tidak akan menerima substitusi untuk merek yang dipilih.

* Ekuitas merek
Ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah yang secara luas dihargai, yang diberikan untuk nama merek yang sangat sukses di pasaran. Nilai ini dihasilkan dari kombinasi beberapa factor, termasuk kesadaran,loyalitas,dan persepsi kualitas, termasuk perasaan atau gambaran yang diasosiasikan oleh pelanggan dengan merek.

* Strategi Distribusi

* Saluran Disrtribusi
Distribusi langsung
Cara terpendek dan termudah dalam menghubungkan antara produsen dan pelanggan adalah kontak langsung antara kedua belah pihak. Distribusi langsung umum ditemui dalampemasran yang relative mahal,produknya kompleks, yang membuuhkan demonstrasi.
Distribusi Menggunakan Perantara Pemasaran
Walaupun kita berpikir bahwa menambah perantara dalam proses distribusi akan menambah biaya akhir dari produk, seringkali justru pilihan ini sesungguhnya menurunkan harga konsumen akhir. Perantara seperti grosir dan peritel sering memberikan nilai tambah kepada suatu produk ketika produk tersebut bergerak sepanjang saluran distribusi. Mereka melakukannya dengan menciptakan kegunaan, menawarkan pelayanan tambahan, dan mengurangi biaya-biaya.

* Peritelan
Peritel(retailer), adalah anggota saluran distribusi yang menjual barang dan jasa kepada individu untuk langsung mereka gunakan, bukan untuk dijual kembali.
Bagaimana para Peritel Barsaing ?
Berikut langkah untuk mengembangkan sebuah strategi ritel yang kompetitif :
1.    Mengidentifikasi Pasar Sasaran
2.    Memilih strategi produk
3.    Membentuk strategi layanan konsumen
4.    Memilih strategi penentuan harga
5.    Memilih lokasi
6.    Membentuk strategi promosi
7.    Menciptakan suasana toko

Langkah pertama dalam mengembangkan sebuah strategi ritel yang kompetitif adalah memilih target pasar. Pilihan ini membutuhkan evaluasi yang hati-hati terhadap potensi besar dan laba dari pasar yang dipilih dan tingkat persaingan saat ini untuk suatu segmen bisnis.
Memilih strategi produk, selanjutnya peritel harus mengembangkan sebuah strategi produk untuk menentukan bauran terbaik dari barang dagangan untuk memuaskan pasar mereka.
Membentuk strategi layanan konsumen, sebuah strategi layanan konsumen dari peritel memfokuskan diri menarik dan mempertahankan pelanggan sasaran untuk memaksimalkan penjualan dan laba.
Memilih strategi penentuan harga, peritel mendasarkan keputusan harga mereka pada biaya-biaya dalam membeliproduk dari anggota saluran lain dan menawarkan berbagai pelayanan kepada para pelanggan. (lebih detail di bab 14)
Memilih lokasi, sebuah lokasi yang baik sering kali membedakan sukses atau tidaknya ritel. Keputusan tentang lokasi tergantung pada ukuran peritel, sumber daya keuangan, penawaran produk, persaingan, dan tentunya pasar sasarannya.
Membentuk strategi promosi, peritel mendesain iklan dan mengembankan promosi-promosi lain untuk memancing atau merangsang permintaan dan memberikan informasi seperti lokasi toko, penawaran-penawaran barang, harga, dan waktu.
Menciptakan suasana toko, sebuah ritel yang sukses secara erat menggabungkan strategi barang dagangan, harga, dan promosi dengan suasana toko, yaitu karakteristik fisik sebuah toko dan fasilitasnya, untuk memengaruhi persepsi konsumen terhadap pengalaman berbelanja.

* Pengambilan Keputusan Saluran Distribusi dan Distribusi Fisik
Para pemasar dapat memilih saluran distribusi manapun, yang memindahkan barang-barang secara langsung dari produsen ke konsumen, atau saluran distribusi tidak langsung, yang melibatkan perantara pemasaran dalam alur dimana produk mengalir dari produsen sampai ke konsumen akhir.
Idealnya, pilihan tentang saluran distribusi seharusnya mendukung strategi pemasaran perusahaan secara keseluruhan.
Sebelum memilih saluran distribusi, perusahaan harus mempertimbangkan pasar sasaran mereka, jenis barang yang didistribusikan, system dan pertimbangan internal mereka sendiri, dan factor persaingan.

PEMASARAN YANG DIPICU OLEH PELANGGAN

Keberhasilan bisnis pada abad ke-21 secara langsung berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk dan melayani pasar targetnya. Pada kenyataannya, seluruh organisasi –baik orientasi laba maupun nirlaba- harus melayani kebutuhan pelanggan agar berhasil, seperti halnya yang diusahakan oleh perusahaan-perusahaan dalam cerita pembuka. Pemasaran menghubungkan organisasi dengan orang yang membeli dan menggunakan barang dan  jasa, sekaligus merupakan cara organisasi untuk menentukan kebutuhan pembeli dan membeli informasi kepada pelanggan potensial bahwa perusahaan dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan memasok produk berkualitas dengan harga layak. Dan inilah cara untuk menciptakan pelanggan jangka panjang yang loyal.

A. Apakah pemasaran itu?
Pemasaran adalah proses menentukan apa yang diinginkan dan dibutuhkan pelanggan dan kemudian menyediakan barang dan jasa yang memenuhi atau melebihi harapan. Selain penjualan barang dan jasa, teknik pemasaran membantu setiap orang untuk memberikan ide atau pandangan dan mendidik orang lain.

Bagaimana pemasaran menciptakan kegunaan?
Pemasaran merupakan aktivitas kompleks yang memengaruhi banyak aspek organisasi dan yang dihadapinya dengan pelanggan. Kemampuaan dari sebuah barang atau jasa untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan pelanggan disebut dengan kegunaan atau utilitas. Fungsi pemasaran akan menciptakan kegunaan sebagai berikut:
1.    Kegunaan waktu (time utility)
2.    Kegunaan tempat (place utility)
3.    Kegunaan kepemilikan (ownership)

B. Evolusi konsep pemasaran
Pemasaran selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bisnis, sejak pedagang desa zaman dulu hingga organisasi-organisasi di abad ke-21 yang memproduksi dan menjual barang atau jasa yang kompleks sifatnya. Namun seiringdengan berjalannya waktu, kegiatan pemasaran berevolusi melalui empat era, yaitu:
1.    Era produksi
2.    Era penjualan
3.    Era pemasaran
4.    Era hubungan baik

Munculnya Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran (marketing concept) mengacu pada orientasi perusahaan kepada pelanggan dengan tujuan mencapai keberhasilan jangka panjang. Ide dasar dari konsep pemasaran adalah keberhasilan lokasi pasar diawali dari pelanggan. Dengan kata lain, sebuah perusahaan seharusnya menganalisis kebutuhan mereka.

Memberi Nilai Tambah melalui Kepuasan Pelanggan dan Mutu
Apakah penjualan terpenting bagi sebuah perusahaan? Beberapa orang beranggapan bahwa penjualan pertama adalah jawabannya, namun banyak pemasar berpendapat bahwa penjualan kedua adalah hal yang paling penting, karena pembelian berulang merupakan bukti nyata dari kepuasan pelanggan (customer satisfaction).
Ketika sebuah perusahaan melebihi ekspektasi nilai dengan menambahkan fitur, menurunkan harga, meningkatkan layanan konsumen, atau membuat peningkatan lain yang menambah kepuasan pelanggan maka perusahaan tersebut memberikan nilai tambah pada barang atau jasa tersebut.

Kepuasan Pelanggan dan Umpan Balik
Kepuasan pelanggan adalah hal yang penting untuk membina hubungan baik jangka panjang. Salah satu cara terbaik untuk mengetahui apakah pelanggan merasa puas dengan barang dan jasa yang diberikan oleh sebuah perusahaan adalah melalui umpan balik pelanggan yaitu lewat suara konsumen bebas pulsa, survei kepuasan pelanggan, papan pesan di situs, atau korespondensi tertulis.
 
C. Memperluas Batasan Pemasaran Tradisional
Konsep pemasaran telah lama dihubungkan dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan berorietasi Laba, Nirlaba, dan bidang nontradisional.

Pemasaran Nirlaba
Strategi pemasaran merupakan hal penting bagi organisasi nirlaba karena mereka semua bersaing untuk memperoleh dana–dari perorangan, yayasan, dan perusahaan–seperti halnya perusahaan komersial. Dalam sejumlah kasus, organisasi nirlaba membentuk kemitraan dengan perusahaan yang berorientasi laba untuk mempromosikan laba mereka atau mendistribusikan barang dan jasa.

Pemasaran Nontradisional
Pemasaran Nontradisional terdiri dari lima kategori, yaitu:
1.    Pemasaran Orang
Yaitu upaya yang dibuat untuk menarik perhatian, minat, dan selera sesorang.
2.    Pemasaran Tempat
Pemasaran tempat melakukan usaha untuk menarik perhatian orang ke tempat tertentu, seperti kota atau negara.
3.    Pemasaran Acara
Yaitu memasarkan atau mensponsori acara jangka pendek seperti kompetisi atletik dan pertunjukan seni atau amal.
4.    Pemasaran Penyebab
Pemasaran yang mempromosikan sebuah penyebab atau isu sosial.
5.    Pemasaran Organisasi
Yaitu pemasaran yang memengaruhi konsumen untuk menerima tujuan dari, menerima layanan dari, atau menyumbang dengan cara tersendiri terhadap suatu organisasi.

D. Mengembangkan Strategi Pemasaran
Pengambilan keputusan di organisasi yang sukses, baik yang focus pada laba maupun nirlaba, mengikuti proses dua tahap untuk mengembangkan strategi pemasaran: Pertama, mereka mempelajari dan menganalisis pasar sasaran potensial dan kemudian memilih diantara mereka. Kedua, mereka mengembangkan bauran pemasaran untuk memenuhi kepuasan pasar yang dipilih.

Memilih Pasar Sasaran
Pasar sasaran dari sebuah perusahaan adalah kelompok pelanggan potensial yangmerupakan kelompok target dari organisasi tersebut. Kebutuhan dan keinginan pelanggan bervariasi bentuknya, dan tidak satu pun perusahaan yang memiliki sumber daya untuk memuaskan setiap orang. Sehingga perusahaan harus memilih pasar sasaran yang dimana tempat tersebut banyak konsumen yang ingin menggunakan barang atau jasa perusahaan tersebut.

Mengembangkan Bauran Pemasaran
Keputusan tentang pemasaran berkaitan dengan strategi atas empat bidang aktivitas pemasaran: produk, distribusi, promosi, dan penetuan harga. Bauran Pemasaran perusahaan menggabungkan empat strategi tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan selera dari pasar sasaran tertentu.

Mengembangkan Bauran Pemasaran bagi Pasar Internasional
Memasarkan sebuah barang atau jasa di pasar asing berarti menentukan apakah akan menawarkan bauran pemasaran yang sama di setiap –pasar standardisasi –atau dengan mengembangkan bauran yang unik agar sesuai denga setiap pasar –adaptasi. Keuntungan standardisasi baruan pemasaran mencangkup kinerja pemasaran yang dapat diandalkan dan rendah biaya.

E. Riset Pemasaran untuk Pengambilan Keputusan Pemasaran yang Lebih Baik
Riset pemasara n berkaitan dengan lebih dari sekadar pengumpulan data. Pemasar melakukan riset untuk lima alasan dasar:
1.    Untuk mengenali permasalahan dan peluang pemasaran
2.    Untuk menganalisis strategi persaingan
3.    Untuk mengevaluasi dan memprediksi perilaku konsumen
4.    Untuk mengukur kinerja dari produk dan desain kemasan yang ada saat ini serta melakukan penilaian untuk hal-hal tersebut di masa mendatang
5.    Untuk mengembangkan rencana harga, promosi, dan distribusi

F. Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar merupakan proses pembagian sebuah pasar ke dalam beberapa kelompok yang relatif homogen, Organisasi yang fokus pada laba maupun nirlaba menggunakan segmentasi pasar untuk membantu mereka mencapai pasar sasaran yang diinginkan.

Menyegmentasikan Pasar Konsumen
Segmentasi pasar telah dipraktikkan sejak manusia menghasilkan surplus pertama kali dan menjual kembali produk yang tidak dibutuhkan ke pihak lain. Di bawah ini adalah metode segmentasi pasar konsumen:
1.    Segmentasi geografis, yaitu metode membagi sebuah pasar ke dalam kelompok homogen berdasarkan lokasi populasi.
2.    Segmentasi demografis, metode yang membedakan pasar berdasarkan karakteristik demografis atau sosioekonomi yang berbeda.
3.    Segmentasi Psikografi, metode yang membagi konsumen ke dalam kelompok yang memiliki karakteristik, nilai, dan gaya hidup psikologis yang sama.
4.    Segmentasi yang Berkaitan dengan Produk, pemasar dapat membagi pasar konsumen ke dalam kelompok berdasarkan hubungan pembeli dengan barang atau jasa.



Menyegmentasi Pasar Bisnis
Pemasar membagi segmentasi pasar bisnis melalui segmentasi geografis, segmentasi demografis, atau berdasarkan pelanggan; dan segmentasi penggunaan akhir.
1.    Segmentasi geografis, metode ini untuk pasar bisnis serupa dengan metode untuk pasar konsumen.
2.    Segmentasi demografis atau berdasarkan pelanggan, metode ini diawali dengan desain sebuah barang atau jasa ditujukan ke pasar organisasi yang spesifik.
3.    Segmentasi penggunaan akhir, metode ini berfokus pada cara tepat pembeli dalam menggunakan sebuah produk.

G. Perilaku Pembeli: Menentukan Apa yang Diinginkan oleh Konsumen
Tugas pemasaran yang paling mendasar adalah mencari tahu mengapa orang membeli satu produk lainnya.

Penentu Perilaku konsumen
Dengan mempelajari perilaku membeli seseorang, pemasar dapat mengenali sikap konsumen terhadap dan penggunaan produk mereka. Penyelidikan ini juga membantu untuk meningkatkan efektivitas dari strategi pemasaran untuk menjangkau pasar sasaran ini. Faktor pribadi dan antarpribadi memengaruhi perilaku konsumen akhir.

Penentu Perilaku Pembeli Bisnis
Oleh karena sejumlah orang dapat memengaruhi pembelian, pembeli dari kalangan bisnis menghadapi bermacam pengaruh organisasi di pilihan mereka sendiri.

H. Menciptakan, Memelihara, dan Memperkuat Hubungan Pemasaran
Di era hiperkompetitif seperti saat ini, kalangan bisnis perlu menemukan cara baru untuk berhubungan dengan pelanggan jika mereka berharap untuk menjaga keberhasilan jangka panjang.
Berikut ini adalah beberapa  cara yang digunakan kalangan bisnis untuk mencapai tujuan perusahaan:
•    Bermitra dengan pelanggan
•    Bermitra dengan pemasok
•    Bermitra dengan bisnis lainnya

Manfaat dari Pemasaran Hubungan Kerja Sama
Pemasaran hubungan kerja sama membantu seluruh pihak yang terlibat di dalamnya. Selain perlindungan bersama terhadap pesaing, perusahaan yang memiliki ikatan kuat dengan pelanggan dan pemasoknya sering kali diberikan penghargaan dalam bentuk biaya yang lebih rendah dan lba lebih tinggi yang akan dihasilkan sendiri.
Hubungan kerja sama yang baik dengan pelanggan dapat menjadi senjata strategis yang vital bagi sebuah perusahaan. Dengan mengenal pembeli saat ini dan menjaga hubungan kerja sama yang positif dengan mereka, organisasi dapat menargetkan pelanggan terbaik mereka dengan lebih efisien.

Alat untuk Menjaga Hubungan Baik dengan Pelanggan
1.    Program Pemasaran Frekuensi dan Pemasaran Afinitas
•    Pemasaran frekuensi
Yaitu memberikan penghargaan kepada pelanggan beruapa uang tunai, potongan harga, hadiah barang, atau  hadiah istimewa lainnya.
•    Program afinitas
Merupakan alat lain untuk membangun hubungan emosional dengan pelanggan. Program afinitas merupakan usaha pemasaran yang disponsori oleh organisasi yang melibatkan individu yang memiliki kepentingan dan aktivitas yang sama.

2.    Pemasaran satu-lawan Satu
Kemampuan untuk melakukan kustomisasi terhadap penawaran produk untuk kebutuhan individu dan mengantarkan barang dan jasa dengan cepat semakin lepas dari investasi dalam rangka teknologi seperti yang desain yang dibantu oleh komputer dan proses manufaktur.

Jumat, 24 Februari 2012

BAB XIII SIFAT-SIFAT DAN PERBUATAN TUHAN

?    Sifat Tuhan
Apakah Tuhan mempunyai sifat atau tidak ?
1.    Mu’tazilah
Tuhan, menurut Mu’tazilah, tidak mempunyai sifat-sifat yang mempunyai wujud di luar zatnya. Tuhan tidak mungkin diberikan sifat-sifat yang mempunyai wujud tersendiri dan kemudian melekat pada zat Tuhan. Karena zat Tuhan bersifat qadim.  Kalau dikatakan Tuhan mempunyai sifat-sifat yang qadim, maka akan menunjukkan bahwa Allah itu berbilang-bilang atau Tuhan lebih dari satu. Padahal Allah itu maha Esa, tidak ada yang menyekutuinya, tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak seperti apapun zat Tuhan hanyalah satu (Esa) tidak terbilang. Tuhan tidak berjisim, bersifat, berunsur serta berjauhar (atom).  Dengan demikian apabila ada pandangan bahwa Tuhan bersifat maka orang itu dapat disebut sebagai syirik.
Kalaupun dalam Al Qur’an disebutkan bahwa Tuhan mengetahui, berkehendak, berkuasa dan sebagainya, itu tidak lain tak terlepas dari zatnya. Abu Huzail memberikan pendapatnya bahwa yang dimaksud Tuhan mengetahui adalah mengetahui dengan pengetahuan, dan pengetahuannya adalah zat-Nya, Tuhan berkuasa dengan kekuasaan dan kekuasaan-Nya adalah zatnya, Tuhan itu hidup dengan kehidupan dan kehidupan-Nya adalah zatnya, dan begitu seterusnya.

2.    Asy’Ariyah
Sifat dan zat Tuhan menurut Asy’ariyah sangat berbeda dengan pandangan Mu’tazilah. Menurutnya, Tuhan tetap mempunyai sifat di dalam zat-Nya. Mustahil jika yang disebutkan Mu’tazilah bahwa Tuhan mengetahui dengan zatNya, karena dengan demikian zatNya adalah pengetahuan, berarti pula Tuhan adalah pengetahuan.
Sifat-sifat mengetahui, hidup, berkuasa dan lain sebagainya adalah tetap merupakan sifat Tuhan dan tidak bisa dipisahkan dari zatNya, tetapi Asy’ariyah juga menyangkal bahwa sifat adalah zat. Artinya, sifat bukanlah zat dan bukan pula selain zat.
Ada dua kesulitan yang dihadapi Asy’ariyah, di satu pihak mereka tidak bisa menyangkal bahwa sifat-sifat Allah itu adalah lain dari Dia, akan tetapi di lain pihak juga tidak dapat menyatakan bahwa sifat-sifat itu tidak terpisah dari Dia. Oleh karena itu mereka mengambil jalan tengah dalam menyelesaikan dua kesulitasn ini.
Jalan yang ditempuh Asy’ariyah yang nampaknya membingungkan ini, mereka membedakan antara ‘makna’ dan ‘realitas’. Sejauh menyangkut maknanya atau konotasinya sifat-sifat Allah itu berbeda dengan Allah; akan tetapi sejauh menyangkut relitasnya (hakekatnya) sifat-sifat itu tidak terpisah dengan esensi Allah dan demikian tidak berbeda denganNya.  Oleh karena itu sifat-sifat Tuhan tidak selain zatNya, maka sifat-sifat itu tidak akan membawa kepada faham adanya banyak qadim.

3.    Maturidiyah Bukhara
Maturidiyah Bukhara berpendapat Tuhan tidaklah mempunyai sifat-sifat jasmani. Ayat-ayat Al-Qur’an yang menggambarkan Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani haruslah diberi ta’wil. 

4.    Maturidiyah Samarkand
Sedangkan golongan Samarkand mengatakan bahwa sifat bukanlah Tuhan, tetapi tidak lain dari Tuhan. Dalam menghadapi ayat-ayat yang memberi gambaran Tuhan bersifat dengan menghadapi jasmani ini. Al-Maturidi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tangan, muka, mata, dan kaki adalah kekuasaan Tuhan.

?    Antropomorphisime
1.    Mu’tazilah
Dalam pandangan Mu'tazilah, Tuhan adalah zat yang tidak mungkin menempel pada-Nya apalagi ada di dalam zat (esensi)-Nya sesuatu yang lain, termasuk sifat-sifat. Dengan mengatakan bahwa ada sifat pada esensi dan eksistensi Tuhan, sama dengan menambahkan esensi lain pada esensi Tuhan dan itu berarti akan "menodai" keesaan-Nya. Bagi Mu'tazilah, sifat-sifat Tuhan bukanlah eksistensi hypostatik yang berdiri sendiri dan berbeda dengan esensi Tuhan, melainkan sifat-sifat itu adalah esensi Tuhan itu sendiri.  Sifat juga bukan aksiden (sesuatu)  yang terdapat di luar esensi Tuhan, sebab jika sifat adalah aksiden di luar esensi Tuhan akan bermuara pada pemahaman bahwa Tuhan adalah jauhar (substansi) yang di dalamnya terdapat aksiden-aksiden.  Dan jika begitu, Tuhan tidak lagi esa, dan itu adalah sesuatu yang sangat bertentangan dengan prinsip monoteisme dan ketauhidan dalam Islam. Karena itu, dalam pandangan Mu'tazilah, sifat-sifat itu adalah Tuhan itu sendiri. Sifat dan Tuhan tidak bisa dipahami sebagai dua substansi yang berbeda.

2.    Asy’Ariyah
Kaum Asy'ariyah mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat, dan hal tersebut adalah sesuatu yang tidak dapat diingkari. Adanya sifat-sifat Tuhan itu ditunjukkan oleh perbuatan-perbuatan-Nya, seperti Tuhan Mengetahui menunjukkan bahwa Ia memiliki sifat Mengetahui (ilmu), Tuhan menciptakan menunjukkan bahwa Ia memiliki sifat qudrah (kemampuan), dan seterusnya. Sifat-sifat tersebut adalah azaliyah (ada begitu saja) di dalam esensi Tuhan, tetapi sifat itu bukanlah esensi Tuhan. Dengan kata lain, sifat-sifat itu tidaklah sama dengan esensi Tuhan, tetapi berwujud dalam esensi Tuhan itu sendiri. Kaum Asy'ariyah ingin mengatakan bahwa sifat, meskipun ada dalam esensi Tuhan, tetapi tidak menyebabkan adanya "yang banyak" dalam esensi-Nya, sebab sifat adalah berbeda dengan esensi Tuhan itu. Dikatakan "banyak" jika sifat itu menjadi bagian dari esensi Tuhan. Bagi Asy'ariyah, sifat adalah sesuatu yang "dimiliki" oleh Tuhan, dan itu tidak memberikan pengaruh, baik menambah atau pun mengurangi, pada esensi-Nya.

3.    Maturidiyah Bukhara
Tangan Tuhan adalah sifat bukan anggota tubuh. Sama dengan sifat-sifat lain, sperti pengetahuan, daya , dan kemampuan.

4.    Maturidiyah Samarkand
Mata, tangan, muka tuhan adalah kekuasaan tuhan dan tuhan tidak memerlukan anggota tubuh.

?    Melihat Tuhan

1.    Mu’tazilah 
Karena Tuhan bersifat Imamateri , maka Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata kepala. Karena Tuhan tak mengambil tempat dan dengan demikian tak dapat dilihat, karena yang dapat dilihat hanyalah yang mengambil tempat (QS. Al-An'am : 104)

2.    Asy’Ariyah
Menurut asyariyah, Tuhan dapat dilihat diakhirat. alasanya sifat-sifat yang tidak dapat diberikan Tuhan hanyalah sifat-sifat yang akan membawa kepada pengertian diciptakannya Tuhan. sifat dapat dilihatnya tuhan diakhirat tidak membawa kepada pengertian diciptakannya tuhan, karena apa yang dilihat tidakj mesti mengandung pengertian bahwa ia mesti diciptakan. dengan demikian jika dikatakan bahwa tuahn dapat dilihat, itu tidak mesti bahwa tuhan harus bersifat diciptakan.

3.    Maturidiyah
Tuhan dapat dilihat karena Ia mempunyai wujud, meskipun tidak mempunyai bentuk, tidak mengambil tempat dan tidak terbatas.

?    Sabda Tuhan

1.    Mu'tazilah
Sabda buikanlah sifat tapi perbuatan Tuhan. Dengan demikian Al-Qur'an tidak bersifat kekal tapi bersifat baru dan diciptakan Tuhan yang tersusun dari bagian-bagian berupa ayat dan surat.

2.    Asy'ariyah
Sabda adalah sifat dan sebagai sifat Tuhan mestilah kekal. Sabda juga bermakna abstrak dan tidak tersusun dari huruf dan suara. Sabda yang tersusun dalam arti kiasan sedang sabda yang sebenarnya apa yang terletak dibalik yang tersusun (QS. An-Nahl : 40)

3.    Maturidiyah
Sependapat dengan Asy’Ariyah, sabda Tuhan atau Al qur’an adalah Kekal , satu, ridak
terbagi , tidak bahasa arab, atau Syriak, tetapi di ucapkan manusia dalam ekspresi berlainan.

BAB XII IMAN DAN KUFUR

?    PENGERTIAN
Perkataan iman berasal dari bahasa Arab yang berarti tashdiq (membenarkan), dan  kufur  juga dari bahasa Arab – berarti takzib (mendustakan).
Menurut Hassan Hanafi, ada empat istilah kunci yang biasanya dipergunakan oleh para teologi muslim dalam membicarakan konsep iman, yaitu:
1.    Ma’rifah bi al-aql, (mengetahui dengan akal).
2.    Amal, perbuatan baik atau patuh.
3.    Iqrar, pengakuan secara lisan, dan
4.    Tashdiq, membenarkan dengan hati, termasuk pula di dalamnya ma’rifah bi al-qalb (mengetahui dengan hati).
Keempat istilah kunci di atas misalnya terdapat dalam hadis Nabi saw. Yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri:
?? ??? ???? ????? ??????? ???? ??? ?? ????? ??????? ??? ?? ????? ?????? ????? ???? ???????? (???? ????)
Artinya:
“Barang siapa di antara kalian yang melihat (marifah) kemungkaran, hendaklah mengambil tindakan secara fisik. Jika engkau tidak kuasa, lakukanlah dengan ucapanmu. Jika itu pun tidak mampu, lakukanlah dengan kalbumu. (Akan tetapi yang terakhir) ini merupakan iman yang paling lemah”(H.R. Muslim)
Dan kemudian di dalam pembahasan ilmu tauhid/kalam, konsep iman dan kufur ini terpilih menjadi tiga pendapat:
?    Iman adalah tashdiq di dalam hati dan kufur ialah mendustakan di dalam hati akan wujud Allah dan keberadaan nabi atau rasul Allah. Menurut konsep ini, iman dan kufur semata-mata urusan hati, bukan terlihat dari luar. Jika seseorang sudah tashdiq (membenarkan/meyakini) akan adanya Allah, ia sudah disebut beriman, sekalipun perbuatannya tidak sesuai dengan tuntunan ajaran agama. Konsep Iman seperti ini dianut oleh mazhab Murjiah, sebagaian penganut Jahmiah, dan sebagaian kecil Asy’ariah.

?    Iman adalah tashdiq di dalam hati dan di ikrarkan dengan lidah. Dengan kata lain, seseorang bisa disebut beriman jika ia mempercayai dalam hatinya akan keberadaan Allah dan mengikrarkan (mengucapkan) kepercayaannya itu dengan lidah. Konsep ini juga tidak  menghubungkan iman dengan amal perbuatan manusia. Yang penting tashdiq dan ikrar. Konsep iman seperti ini dianut oleh sebagian pengikut Maturidiah
?    Iman adalah tashdiq di dalam hati, ikrar dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan, konsep ketiga ini mengaitkan perbuatan manusia dengan iman. Karena itu, keimanan seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya. Konsep ini dianut oleh Mu’tazilah, Khawarij, dan lain-lain.
Dari uraian singkat diatas terlihat bahwa konsep iman di kalangan teolog Islam berbeda-beda. Ada yang hanya mengandung satu unsur, yaitu tashdiq, sebagaimana terlihat pada konsep pertama di atas. Ada yang mengandung dua unsur, tashdiq dan ikrar, seperti konsep nomor dua. Ada pula yang mengandung tiga unsur, tashdiq, ikrar, dan amaliah, sebagaimana konsep nomor tiga di atas.

?    Menurut Mu’tazilah
Menurut mereka iman adalah pelaksanaan kewajiban-kewajiban kepada Tuhan. Jadi, orang yang membenarkan (tashdiq) tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad rasul-Nya, tetapi tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban itu tidak dikatakan mukmin. Tegasnya iman adalah amal. Iman tidak berarti pasif, menerima apa yang dikatakan orang lain, iman mesti aktif karena akal mampu mengetahui kewajiban-kewajiban kepada Tuhan.
Kaum Mu’tajilah berpendapat bahwa orang mukmin yang mengerjakan dosa besar dan mati sebelum tobat, tidak lagi mukmin dan tidak pula kafir, tetapi dihukumi sebagai orang fasiq. Di akhirat ia dimasukkan ke neraka untuk selama-lamanya, tetapi nerakanya agak dingin tidak seperti nerakanya orang kafir. Dan tidak pula berhak masuk surga. Jelasnya menurut kaum Mutazilah, orang mu’min yang berbuat dosa besar dan mati sebelum tobat, maka menempati tempat diantara dua tempat, yakni antara neraka dan surga (manzilatan bainal manzilatain).

?    Menurut Asy’ariyah
Kaum Asy’ariyah – yang muncul sebagai reaksi terhadap kekerasan Mu’tazilah memaksakan paham khalq al-Quran – banyak membicarakan persoalan iman dan kufur. Asy’ariyah berpendapat bahwa akal manusia tidak bisa merupakan ma’rifah dan amal. Manusia dapat bahwa akal manusia tidak bisa merupakan ma’rifah dan amal.
Manusia dapat mengetahui kewajiban hanya melalui wahyu bahwa ia berkewajiban mengetahui Tuhan dan manusia harus menerimanya sebagai suatu kebenaran. Oleh karena itu, iman bagi mereka adalah tashdiq. Pendapat ini berbeda dengan kaum Khawarij dan Mu’tajilah tapi dekat dengan kaum Jabariyah.
Tasdiq menurut Asy’ariyah merupakan pengakuan dalam hati yang mengandung ma’rifah terhadap Allah (qaulun bi al-nafs ya tadhammanu a’rifatullah). Mengenai penuturan dengan lidah (iqrar bi al-lisan) merupakan syarat iman, tetapi tidak termasuk hakikat iman yaitu tashdiq . argumentasi mereka istilah al-nahl, ayat 106. Seseorang yang menuturkan kekafirannya dengan lidah dalam keadaan terpaksa, sedangkan hatinya tetap membenarkan Tuhan dan rasul-Nya, ia tetap dipandang mukmin. Karena pernyataan lidah itu bukan iman tapi amal yang berada di luar juzu’iman. Seseorang yang berdosa besar tetap mukmin karena iman tetap berada dalam hatinya

?    Menurut Maturidiyah
Dalam masalah iman, aliran Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa iman adalah tashdiq bi al-qalb, bukan semata-mata iqrar bi al-lisan. Pengertian ini dikemukakan oleh Al-Maturidi sebagai bantahan terhadap al-Karamiyah, salah satu subsekte Murji’ah. Ia berargumentasi dengan ayat al-Quran surat al-Hujurat ayat 14. Ayat tersebut dipahami al-Maturidi sebagai suatu penegasan bahwa keimanan itu tidak cukup hanya dengan perkataan semata, tanpa diimani pula oleh kalbu. Apa yang diucapkan oleh lidah dalam bentuk pernyataan iman, menjadi batal bila hati tidak mengakui ucapan lidah.
Al-Maturidi tidak berhenti sampai di situ. Menurutnya, tashdiq, seperti yang dipahami di atas, harus diperoleh dari ma’rifah. Tashdiq hasil dari ma’rifah ini didapatkan melalui penalaran akal, bukan sekedar berdasarkan wahyu. Lebih lanjut, Al-Maturidi mendasari pandangannya pada dalil naqli surat Al-Baqarah ayat 260.
Pada surat Al-Baqarah tersebut dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim meminta kepada Tuhan untuk memperlihatkan bukti dengan Nabi Ibrahim meminta kepada Tuhan untuk memperlihatkan bukti dengan menghidupkan orang yang sudah mati. Permintaan Ibrahim tersebut, lanjut Al-maturidi, tidaklah berarti bahwa Ibrahim belum beriman. Akan tetapi, Ibrahim mengharapkan agar iman yang telah dimilikinya dapat meningkat menjadi iman hasil ma’rifah.
Jadi, menurut Al-Maturidi, iman adalah tashdiq yang berdasarkan ma’rifah. Meskipun demikian, ma’rifah menurutnya sama sekali bukan esensi iman, melainkan faktor penyebab kehadiran iman. Adapun pengertian iman menurut Maturidiyah Bukhara, seperti yang dijelaskan oleh Al-Bazdawi, adalah tashdiq bi al qalb dan tashdiq bi al-lisan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tashdiq bi al-qalb adalah meyakini dan membenarkan dalam hati tentang keesaan Allah dan rasul-rasul yang diutus-Nya beserta risalah yang dibawanya.
Adapun yang dimaksud demgan tashdiq al-lisan adalah mengakui kebenaran seluruh pokok ajaran Islam secara verbal. Pendapat ini tampaknya tidak banyak berbeda dengan Asy’ariyah, yaitu sama-sama menempatkan tashdiq sebagai unsur esensial dari keimanan walaupun dengan pengungkapan yang berbeda.    

Iman Dapat Bertambah atau Berkurang ?
Iman itu akan bisa bertambah atau bisa saja berkurang. Lagi pula nilai ikrar itu tidak selalu sama. Ikrar atau pernyataan karena memperoleh satu berita, tidak sama dengan jika langsung melihat persoalan dengan kepala mata sendiri. Iman akan bertambah tergantung pada pengikraran hati, ketenangan dan kemantapannya. Manusia akan mendapatkan hal itu dari dirinya sendiri, maka ketika menghadiri majlis dzikir dan mendengarkan nasehat di dalamnya, disebutkan pula perihal surga dan neraka ; maka imannya akan bertambah sehingga seakan-akan ia menyaksikannya dengan mata kepala. Namun ketika ia lengah dan meninggalkan majlis itu, maka bisa jadi keyakinan dalam hatinya akan berkurang.
Iman juga akan bertambah tergantung pada pengucapan, maka orang berdzikir sepuluh kali tentu berbeda dengan yang berdzikir seratus kali. Yang kedua tentu lebih banyak tambahannya.
Demikian halnya dengan orang yang beribadah secara sempurna tentunya akan lebih bertambah imannya ketimbang orang yang ibadahnya kurang.
Dalam hal amal perbuatan pun juga demikian, orang yang amalan dengan anggota badannya jauh lebih banyak daripada orang lain, maka ia akan lebih bertambah imannya daripada orang yang tidak melakukan perbuatan seperti dia.
Tentang bertambah atau berkurangnya iman, ini telah disebutkan di dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Allah Ta’ala berfirman:
Artinya: “Dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab yakin dan supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya.” (Qs. Al-Mudatstsir: 31)
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, pernah bersabda bahwa kaum wanita itu memiliki kekurangan dalam soal akal dan agamanya. Dengan demikian, maka jelaslah kiranya bahwa iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang.
Namun ada masalah yang penting, apa yang menyebabkan iman itu bisa bertambah? Ada beberapa sebab, di antaranya:
1.    Mengenal Allah (Ma’rifatullah) dengan nama-nama (asma’) dan sifat-sifat-Nya.
Setiap kali marifatullahnya seseorang itu bertambah, maka tak diragukan lagi imannya akan bertambah pula. Oleh karena itu para ahli ilmu yang mengetahui benar-benar tentang asma’ Allah dan sifat-sifat-Nya lebih kuat imannya dari pada yang lain.
2.    Memperlihatkan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah yang berupa ayat-ayat kauniyah maupun syar’iyah.
Seseorang jika mau memperhatikan dan merenungkan ayat-ayat kauniyah Allah, yaitu seluruh ciptaan-Nya, maka imannya akan bertambah. Allah Ta’ala berfirman: Artinya: “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan.” (Qs. Adz-Dzariyat: 20-21)
3.    Banyak    melaksanakan    ketaatan.
Seseorang yang mau menambah ketaatannya, maka akan bertambah pula imannya, apakah ketaatan itu berupa qauliyah maupun fi’liyah. Berdzikir -umpamanya- akan menambah keimanan secara kuantitas dan kualitas. Demikian juga shalat, puasa dan haji akan menambah keimanan secara kuantitas maupun kualitas.
Ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa jika manusia mau memperhatikan dan merenungkan alam ini, maka imannya akan semakin bertambah.
Adapun penyebab berkurangnya iman adalah kebalikan daripada penyebab bertambahnya iman, yaitu:
1.    Jahil terhadap asma’ Allah    dan sifat-sifat-Nya.
Ini akan menyebabkan berkurangnya iman. Karena, apabila mari’fatullah seseorang tentang asma’ dan sifat-sifat-Nya itu berkurang, tentu akan berkurang juga imannya.
2.    Berpaling dari tafakkur mengenai ayat-ayat Allah yang kauniyah maupun syar’iyah.
Hal ini akan menyebabkan berkurangnya iman, atau paling tidak membuat keimanan seseorang menjadi statis tidak pernah berkembang.
3.    Berbuat maksiat.
Kemaksiatan memiliki pengaruh yang besar terhadap hati dan keimanan seseorang. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Tidaklah seseorang itu berbuat zina ketika melakukannnya sedang ia dalam keadaan beriman.” [Al-Hadits].
4.    Meninggalkan ketaatan.
Meninggalkan keta’atan akan menyebabkan berkurangnya keimanan. Jika ketaatan itu berupa kewajiban lalu ditinggalkannya tanpa udzur, maka ini merupakan kekurangan yang dicela dan dikenai sanksi. Namun jika ketaatan itu bukan merupakan kewajiban, atau berupa kewajiban namun ditinggalkannya dengan udzur (alasan), maka ini juga merupakan kekurangan, namun tidak dicela. Karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menilai kaum wanita sebagai manusia yang kurang akal dan kurang agamanya. Alasan kurang agamanya adalah karena jika ia sedang haid tidak melakukan shalat dan puasa.

?    KUFUR

1.    Pengertian
Kufur Secara bahasa, kufur artinya menutupi, sedangkan menurut terminology syariat, kufur artinya ingkar terhadap Allah swt, atau tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya maupun tidak. Perbedaannya, kalau mendustakan berarti menentang dan menolak, tetapi kalau tidak mendustakan artinya hanya sekedar tidak iman dan tidak percaya. Dengan demikian kufur yang disertai pendustaan itu lebih berat dari pada kufur sekedar kufur.
2.    Pembagian
Kufur terbagi menjadi dua, yaitu kufur akbar (kufur besar) dan kufur ashgar (kufur kecil)
a.    Kufur Akbar adalah kufur yang bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam, dan kufur akbar ini ada lima macam :
a)    Kufur karena mendustakan. Allah swt berfirman :”Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya ? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir ?” (QS. 29:68)
b)    Kufur karena enggan dan sombong, padahal ia tahu dan membenarkannya. Allah berfirman :”Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat :”Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (QS. 2:34)
c)    Kufur karena ragu. Allah berfirman :”Dan dia memasuki kebunnya sedang ia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata :”Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Rabbku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu”. (QS. 18:35-36). Kawannya (yang mu’min) berkata kepadanya sedang dia bercakap-cakap dengannya : “Apakah kamu kafir kepada (Rabb) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna”. Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Rabbku, dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Rabbku”. (QS. 18:37-38)
d)    Kufur karena berpaling, dalilnya adalah firman Allah swt :”Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka”. (QS. 46:3)
e)     Kufur karena nifaq, dalilnya firman Allah :”Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti”. (QS. 63:3)
Kufur nifak terdiri atas tiga jenis :
•    Nifak amali: semuanya masuk kategori nifak asghar, seperti tentang tanda-tanda kenifakan yang disebutkan dalam hadits. nifak ini terdiri atas lima perbuatan :
?    Jika bercakap ia berbohong
?    Jika berjanji ia mungkir
?    Jika diberi amanah ia khiyanat
?    Jika berkelahi ia dendam
?    Jika bersumpah ia menipu
•    Nifak i'tiqadi asghar, seperti kecintaan hati kepada selain Allah, kecintaan yang syirik namun tidak sampai menjadikannya kafir , ada enam perbuatan :
?    Mendustakan yang datang dari Allah
?    Mendustakan sebagian dari apa yang dari Allah
?    Mendustakan Rasulullah atau apa yang dari Rasulullah
?    Mendustakan sebagian apa yang datang dari Rasulullah
?    Benci terhadap kejayaan islam
?    Gembira dengan kemunduran islam

b.    Kufur Ashgar adalah kufur yang tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam, dan ia adalah kufur amali. Kufur amali adalah dosa-dosa yang disebut dalam al-Quran dan as-sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar.
Contohnya :
1)    kufur nikmat sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya :”Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir”. (QS. 16:83).
2)    Termasuk juga membunuh orang muslim, Rasulullah SAW bersabda :”Mencaci seorang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran”.
3)    Termasuk juga bersumpah dengan selain Allah, Rasulullah SAW bersabda :”Barang siapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah kafir atau musyrik”. Para pelaku dosa-dosa tersebut bukan menjadi kafir, walaupun dalam redaksi hadits disebut kafir