Terimah kasih atas kunjungan saudara ke blog saya ini, mudah-mudah bermanfaat. Jazakumullah khairan katsiran

Jumat, 24 Februari 2012

BAB V PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU TAUHID

Tauhid dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist

Pada dasarnya inti pokok ajaran al-Qur’an adalah Tauhid. Nabi Muhaammad SAW diutus Allah kepada Umat manusia adalah juga untuk mengajarkan ketauhidan tersebut. Karena itu ajaran Tauhid yang terdapat di dalam al-Qur’an dipertegas dan diperjelas oleh Rasulullah SWA sebagaimana tercermin dalam haditsnya. Penegasan Allah SWT dalam al-Qur’an yang mengatakan bahwa Allah SWT itu Maha Esa, antara lain :

1. Surat Al-Ikhlas ayat 1 s.d 4
2. Surat Al-Zumar ayat 4
3. Surat Al-Baqarah ayat 163
4. Surat An-Nisa’ ayat 171
5. Surat Al-Maidah ayat 73
6. Surat Al-Anbiya ayat 22

Keesaan Allah SWT tidak hanya keesaan pada zatNya, tapi juga esa pada sifat dan af’al (perbuatanNya). Yang dimaksud Esa pada zat adalah Zat Allah itu tidak tersusun dari beberapa juzu’ (bagian). Esa pada sifat berarti sifat Allah tidak sama dengan sifat-sifat yang lain dan tak seorangpun yang mempunyai sifat sebagaimana sifat Allah SWT.2

Naluri Beragama
Pada dasarnya setiap manusia mempunyai fitrah berupa kepercayaan terhadap adanya zat yang Maha Kuasa, yang dalam istilah agama disebut Tuhan.
Para ahli Tafsir mengatakan, fitrah artinya ciptaan atau kejadian yang asli, kalau ada manusia kemudian tidak beragama tauhid berarti telah terjadi penyimpangan dari fitrahnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan tempat ia hidup, pemikiran yang menjauhkan dari agama tauhid dan sebagainya.
Karena naluri beragama tauhid merupakan fitrah maka ketauhidan dalam diri seseorang telah ada sejak ia dilahirkan, untuk menyalurkan dan memantapkan naluri itu, Allah SWT mengutus Nabi dan Rasul yang memberikan bimbingan dan petunjuk ke jalan yang benar sehingga manusia terhindar dari kesesatan.3

?    Lahirnya ilmu tauhid

Sebenarnya banyak sekali faktor yang mendorong kehadiran tauhid sebagai ilmu. Namun jika dikaji secara keseluruhan, ia dapat dikelompokkan kepada 2 faktor yaitu intern dan ekstern. Berikut ini ringkasan dari uraian Ahmad Amin dalam bukunya Dhuha Al-Islam mengenai kedua factor tersebut.4


?    Faktor Internal

Yang dimaksud dengan faktor internal adalah factor yang berasal dari islam sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah:

1.    Al-Qur’an, disamping berisi masalah ketauhidan, kenabian dan lain-lain, Al-Qur’an berisi pula semacam apologi dan polemic, terutama terhadap agama-agama yang ada pada waktu itu.

2.    Pada periode pertama masalah keimanan tidak dipersoalkan secara mendalam. Setelah Nabi wafat dan Ummat islam bersentuhan dengan kebudayaan dan peradaban asing, mereka mulai mengenal Filsafat, merekapun memfilsafati al-Qur’an, terutama ayat-ayat yang secara lahir nampak satu sama lain tidak sejalan, bahkan kelihatan bertentangan. Hal tersebut perlu dipecahkan sebaik mungkin, dan untuk memecahkannya perlu sutu ilmu tersendiri.

3.    Masalah politik, terutama yang berkenaan dengan khalifah, menjadi faktor pula dalam kelahiran ilmu tauhid.5


?    Faktor Eksternal

Yang dimaksud dengan faktor eksternal ialah faktor yang datang dari luar islam. Faktor tersebut antara lain ialah pola pikir ajaran agama lain yang dibawa oleh orang tertentu, termasuk Umat Islam yang dahulunya menganut agama lain ke dalam ajaran islam.6


?    Ketauhidan di Zaman Nabi dan Khulafaur Rasyidin

Pada zaman khalifah Abu Bakar (632-634 M) dan Umar bin Khattab (634-644 M) problema keagamaan juga masih relatif kecil termasuk masalah aqidah. Tapi setelah Umar wafat dan Utsman bin Affan naik tahta (644-656) fitnah pun timbul. Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi asal Yaman yang mengaku Muslim, salah seorang penyulut pergolakan. Meskipun Abdullah bin Saba’ menyulutnya pada masa pemerintahan Utsman namun kemelut yang serius justru terjadi di kalangan Umat Islam setelah Utsman mati terbunuh (656 M).

Perselisihan di kalangan Umat islam terus berlanjut di zaman pemerintahan Ali bin Abi Thalib (656-661 M) dengan terjadinya perang saudara pertama, perang Ali dengan Zubair, Thalhah dan Aisyah yang dikenal dengan perang jamal. Kedua, perang antara Ali dan Muawiyah yang dikenal dengan perang Shiffin. Pertempuran dengan Zubair dan kawan-kawan dimenangkan oleh Ali, sedangkan dengan Muawiyah berakhir dengan tahkim (Arbritrase). Hal ini berpengaruh pada perkembangan tauhid, terutama lahir dan tumbuhnya aliran-aliran Teologi dalam islam.


?    Ketauhidan di Zaman Bani Umayyah dan seterusnya

Pada zaman Bani Umayyah (661-750 M) masalah aqidah menjadi perdebatan yang hangat di kalangan umat islam. Di zaman inilah lahir berbagai aliran teologi seperti Murji’ah, Qadariah, Jabariah dan Mu’tazilah. Pada zaman Bani Abbasiyah (750-1258 M) Filsafat Yunani dan Sains banyak dipelajari Umat Islam. Dan masalah ketauhidan mendapat tantangan cukup berat. Kaum Muslimin tidak bisa mematahkan argumentasi filosofis orang lain tanpa mereka menggunakan senjata filsafat dan rasional pula. Untuk itu bangkitlah Mu’tazilah mempertahankan ketauhidan dengan argumentasi-argumentasi filosofis tersebut. Namun sikap Mu’tazilah yang terlalu mengagungkan akal dan melahirkan berbagai pendapat kontroversial menyebabkan kaum tradisional tidak menyukainya. Akhirnya lahir aliran Ahlussunnah Waljama’ah dengan Tokoh besarnya Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi.7




Referensi

1.    Asmuni, M. Yusran, Ilmu Tauhid, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999)
2.    http://syahrulmujib.wordpress.com/2009/01/16/ilmu-kalam
3.    www.scribd.com/mobile/documents/39637661
4.    http://niendin.wordpress.com/2009/01/28/pertumbuhan-dan-perkembangan-ilmu-tauhid
5.    http://romipermadi.blogspot.com/2011/04/pertumbuhan-dan-perkembangan-ilmu.html
6.    http://ilmutauhid.wordpress.com/2009/04/12/sejarah-perkembangan-ilmu-tauhid
7.    http://almayfie.blogspot.com/2010/04/sejarah-pertumbuhan-dan-perkembangan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar