Terimah kasih atas kunjungan saudara ke blog saya ini, mudah-mudah bermanfaat. Jazakumullah khairan katsiran

Jumat, 24 Februari 2012

BAB XIII SIFAT-SIFAT DAN PERBUATAN TUHAN

?    Sifat Tuhan
Apakah Tuhan mempunyai sifat atau tidak ?
1.    Mu’tazilah
Tuhan, menurut Mu’tazilah, tidak mempunyai sifat-sifat yang mempunyai wujud di luar zatnya. Tuhan tidak mungkin diberikan sifat-sifat yang mempunyai wujud tersendiri dan kemudian melekat pada zat Tuhan. Karena zat Tuhan bersifat qadim.  Kalau dikatakan Tuhan mempunyai sifat-sifat yang qadim, maka akan menunjukkan bahwa Allah itu berbilang-bilang atau Tuhan lebih dari satu. Padahal Allah itu maha Esa, tidak ada yang menyekutuinya, tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak seperti apapun zat Tuhan hanyalah satu (Esa) tidak terbilang. Tuhan tidak berjisim, bersifat, berunsur serta berjauhar (atom).  Dengan demikian apabila ada pandangan bahwa Tuhan bersifat maka orang itu dapat disebut sebagai syirik.
Kalaupun dalam Al Qur’an disebutkan bahwa Tuhan mengetahui, berkehendak, berkuasa dan sebagainya, itu tidak lain tak terlepas dari zatnya. Abu Huzail memberikan pendapatnya bahwa yang dimaksud Tuhan mengetahui adalah mengetahui dengan pengetahuan, dan pengetahuannya adalah zat-Nya, Tuhan berkuasa dengan kekuasaan dan kekuasaan-Nya adalah zatnya, Tuhan itu hidup dengan kehidupan dan kehidupan-Nya adalah zatnya, dan begitu seterusnya.

2.    Asy’Ariyah
Sifat dan zat Tuhan menurut Asy’ariyah sangat berbeda dengan pandangan Mu’tazilah. Menurutnya, Tuhan tetap mempunyai sifat di dalam zat-Nya. Mustahil jika yang disebutkan Mu’tazilah bahwa Tuhan mengetahui dengan zatNya, karena dengan demikian zatNya adalah pengetahuan, berarti pula Tuhan adalah pengetahuan.
Sifat-sifat mengetahui, hidup, berkuasa dan lain sebagainya adalah tetap merupakan sifat Tuhan dan tidak bisa dipisahkan dari zatNya, tetapi Asy’ariyah juga menyangkal bahwa sifat adalah zat. Artinya, sifat bukanlah zat dan bukan pula selain zat.
Ada dua kesulitan yang dihadapi Asy’ariyah, di satu pihak mereka tidak bisa menyangkal bahwa sifat-sifat Allah itu adalah lain dari Dia, akan tetapi di lain pihak juga tidak dapat menyatakan bahwa sifat-sifat itu tidak terpisah dari Dia. Oleh karena itu mereka mengambil jalan tengah dalam menyelesaikan dua kesulitasn ini.
Jalan yang ditempuh Asy’ariyah yang nampaknya membingungkan ini, mereka membedakan antara ‘makna’ dan ‘realitas’. Sejauh menyangkut maknanya atau konotasinya sifat-sifat Allah itu berbeda dengan Allah; akan tetapi sejauh menyangkut relitasnya (hakekatnya) sifat-sifat itu tidak terpisah dengan esensi Allah dan demikian tidak berbeda denganNya.  Oleh karena itu sifat-sifat Tuhan tidak selain zatNya, maka sifat-sifat itu tidak akan membawa kepada faham adanya banyak qadim.

3.    Maturidiyah Bukhara
Maturidiyah Bukhara berpendapat Tuhan tidaklah mempunyai sifat-sifat jasmani. Ayat-ayat Al-Qur’an yang menggambarkan Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani haruslah diberi ta’wil. 

4.    Maturidiyah Samarkand
Sedangkan golongan Samarkand mengatakan bahwa sifat bukanlah Tuhan, tetapi tidak lain dari Tuhan. Dalam menghadapi ayat-ayat yang memberi gambaran Tuhan bersifat dengan menghadapi jasmani ini. Al-Maturidi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tangan, muka, mata, dan kaki adalah kekuasaan Tuhan.

?    Antropomorphisime
1.    Mu’tazilah
Dalam pandangan Mu'tazilah, Tuhan adalah zat yang tidak mungkin menempel pada-Nya apalagi ada di dalam zat (esensi)-Nya sesuatu yang lain, termasuk sifat-sifat. Dengan mengatakan bahwa ada sifat pada esensi dan eksistensi Tuhan, sama dengan menambahkan esensi lain pada esensi Tuhan dan itu berarti akan "menodai" keesaan-Nya. Bagi Mu'tazilah, sifat-sifat Tuhan bukanlah eksistensi hypostatik yang berdiri sendiri dan berbeda dengan esensi Tuhan, melainkan sifat-sifat itu adalah esensi Tuhan itu sendiri.  Sifat juga bukan aksiden (sesuatu)  yang terdapat di luar esensi Tuhan, sebab jika sifat adalah aksiden di luar esensi Tuhan akan bermuara pada pemahaman bahwa Tuhan adalah jauhar (substansi) yang di dalamnya terdapat aksiden-aksiden.  Dan jika begitu, Tuhan tidak lagi esa, dan itu adalah sesuatu yang sangat bertentangan dengan prinsip monoteisme dan ketauhidan dalam Islam. Karena itu, dalam pandangan Mu'tazilah, sifat-sifat itu adalah Tuhan itu sendiri. Sifat dan Tuhan tidak bisa dipahami sebagai dua substansi yang berbeda.

2.    Asy’Ariyah
Kaum Asy'ariyah mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat, dan hal tersebut adalah sesuatu yang tidak dapat diingkari. Adanya sifat-sifat Tuhan itu ditunjukkan oleh perbuatan-perbuatan-Nya, seperti Tuhan Mengetahui menunjukkan bahwa Ia memiliki sifat Mengetahui (ilmu), Tuhan menciptakan menunjukkan bahwa Ia memiliki sifat qudrah (kemampuan), dan seterusnya. Sifat-sifat tersebut adalah azaliyah (ada begitu saja) di dalam esensi Tuhan, tetapi sifat itu bukanlah esensi Tuhan. Dengan kata lain, sifat-sifat itu tidaklah sama dengan esensi Tuhan, tetapi berwujud dalam esensi Tuhan itu sendiri. Kaum Asy'ariyah ingin mengatakan bahwa sifat, meskipun ada dalam esensi Tuhan, tetapi tidak menyebabkan adanya "yang banyak" dalam esensi-Nya, sebab sifat adalah berbeda dengan esensi Tuhan itu. Dikatakan "banyak" jika sifat itu menjadi bagian dari esensi Tuhan. Bagi Asy'ariyah, sifat adalah sesuatu yang "dimiliki" oleh Tuhan, dan itu tidak memberikan pengaruh, baik menambah atau pun mengurangi, pada esensi-Nya.

3.    Maturidiyah Bukhara
Tangan Tuhan adalah sifat bukan anggota tubuh. Sama dengan sifat-sifat lain, sperti pengetahuan, daya , dan kemampuan.

4.    Maturidiyah Samarkand
Mata, tangan, muka tuhan adalah kekuasaan tuhan dan tuhan tidak memerlukan anggota tubuh.

?    Melihat Tuhan

1.    Mu’tazilah 
Karena Tuhan bersifat Imamateri , maka Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata kepala. Karena Tuhan tak mengambil tempat dan dengan demikian tak dapat dilihat, karena yang dapat dilihat hanyalah yang mengambil tempat (QS. Al-An'am : 104)

2.    Asy’Ariyah
Menurut asyariyah, Tuhan dapat dilihat diakhirat. alasanya sifat-sifat yang tidak dapat diberikan Tuhan hanyalah sifat-sifat yang akan membawa kepada pengertian diciptakannya Tuhan. sifat dapat dilihatnya tuhan diakhirat tidak membawa kepada pengertian diciptakannya tuhan, karena apa yang dilihat tidakj mesti mengandung pengertian bahwa ia mesti diciptakan. dengan demikian jika dikatakan bahwa tuahn dapat dilihat, itu tidak mesti bahwa tuhan harus bersifat diciptakan.

3.    Maturidiyah
Tuhan dapat dilihat karena Ia mempunyai wujud, meskipun tidak mempunyai bentuk, tidak mengambil tempat dan tidak terbatas.

?    Sabda Tuhan

1.    Mu'tazilah
Sabda buikanlah sifat tapi perbuatan Tuhan. Dengan demikian Al-Qur'an tidak bersifat kekal tapi bersifat baru dan diciptakan Tuhan yang tersusun dari bagian-bagian berupa ayat dan surat.

2.    Asy'ariyah
Sabda adalah sifat dan sebagai sifat Tuhan mestilah kekal. Sabda juga bermakna abstrak dan tidak tersusun dari huruf dan suara. Sabda yang tersusun dalam arti kiasan sedang sabda yang sebenarnya apa yang terletak dibalik yang tersusun (QS. An-Nahl : 40)

3.    Maturidiyah
Sependapat dengan Asy’Ariyah, sabda Tuhan atau Al qur’an adalah Kekal , satu, ridak
terbagi , tidak bahasa arab, atau Syriak, tetapi di ucapkan manusia dalam ekspresi berlainan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar