Terimah kasih atas kunjungan saudara ke blog saya ini, mudah-mudah bermanfaat. Jazakumullah khairan katsiran

Jumat, 24 Februari 2012

BAB X AKAL DAN WAHYU I & II

?    PENDAHULUAN
Menurut islam terdapat dua jalan untuk memperoleh pengetahuan yaitu wahyu dan akal.
Pengetahuan yang diperoleh melalui wahyu kebenarannya bersifat mutlak, sedangkan yang diperoleh akal bersifat relative. Dari dua jalan tersebut muncul masalah, diantaranya :

?    Bagaimana kedudukan pengetahuan hasil akal dibanding pengetahuan dari wahyu ?
?    Dapatkah akal menandingi wahyu ?
?    Haruskah akal tunduk kepada wahyu ?
?    Kalau tunduk, bagaimana jika terjadi pertentangan antara pengetahuan hasil akal dengan wahyu ?
?    Pengetahuan mana yang lebih dapat dipercaya hasil akal atau wahyu ?

Dalam kaitan dengan agama muncul pertanyaan :

?    Sejauh mana akal dapat menerima pengetahuan keagamaan ?
?    Kalau akal dapat menerima pengetahuan keagamaan, apa sebenarnya fungi wahyu ?
?    Haruskah akal dengan wahyu bertentangan ?
?    Haruskah agama dengan falsafah bermusuhan ?
?    Haruskah agama dengan ilmu pengetahuan berlawanan ?

?    PENGERTIAN
Akal dalam bahasa arab bermakna mencegah dan menahan, dan ketika akal dihubungkan dengan manusia maka bermakna orang yang mencegah dan menahan hawa nafsunya. Selain itu akal juga digunakan dengan makna pemahaman dan tadabbur. Jadi akal dari segi leksikalnya bisa bermakna menahan hawa nafsu sehingga dapat membedakan antara benar dan salah, juga bisa bermakna memahami dan bertadabbur sehingga memperoleh pengetahuan.

Akal dalam istilah mempunyai makna yang bermacam-macam dan banyak digunakan dalam kalimat majemuk, dibawah ini macam-macam akal, antara lain:

Akal dalam istilah teologi bermakna proposisi-proposisi yang dikenal dan niscaya diterima oleh semua orang karena logis dan riil.  Jiwa manusia, yang mempunyai hanya satu daya, yaitu  berfikir yang disebut akal. Akal terbagi dua:

•    Akal praktis, yang menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indra pengingat yang ada dalam jiwa binatang.
•    Akal teoritis, yang menangkap arti-arti murni, yang tak pernah ada dalam materi seperti Tuhan, roh dan malaikat.

Akal praktis memusatkan perhatian kepada alam  materi,  sedang akal  teoritis  kepada  alam  metafisik.  Dalam  diri  manusia terdapat tiga macam jiwa ini, dan jelas bahwa yang  terpenting
diantaranya adalah jiwa berpikir manusia yang disebut akal itu Akal praktis, kalau terpengaruh oleh materi, tidak  meneruskan arti-arti,  yang  diterimanya  dari indra pengingat dalam jiwa
binatang, ke akal teoritis.  Tetapi  kalau  ia  teruskan akal teoritis akan berkembang dengan baik.

?    WAHYU
Wahyu merupakan kata yang tak dapat dipisahkan dari agama-agama langit, sebab wahyu Tuhan merupakan dasar dan prinsip yang membentuk  suatu agama samawi.

Ragib Isfahani dalam menjelaskan pengertian wahyu secara literal berkata, “Akar kata wahyu bermakna isyarat cepat, oleh sebab itu setiap perbuatan yang dilakukan dengan cepat disebut wahyu. Dan ini bisa berbentuk ucapan bersandi dan berkinayah, atau tidak dalam bentuk kata-kata tapi berbentuk isyarat dari bagian anggota-anggota badan atau dalam bentuk tulisan.”
Adapun wahyu menurut istilah adalah terbentuknya hubungan spiritual dan gaib pada setiap Nabi ketika mendapatkan pesan-pesan suci dari “langit”.

Wahyu bukanlah sejenis ilmu hushuli yang didapatkan lewat mengkonsepsi alam luar dengan panca indera dan akal pikiran, tetapi wahyu adalah sejenis ilmu hudhuri, bahkan wahyu merupakan tingkatan ilmu huduri yang paling tinggi. Wahyu adalah penyaksian hakikat dimana hakikat tersebut merupakan pilar dan hubungan hakiki eksistensi manusia, manusia dengan ilmu hudhuri mendapatkan hubungan eksistensi dirinya dengan Tuhan dan kalam Tuhan, sebagaimana manusia mendapatkan dirinya sendiri.
?     Akal dan Wahyu Menurut beberapa Aliran
Masalah akal dan wahyu dalam pemikiran kalam dibicarakan dalam konteks, yang manakah diantara kedua akal dan wahyu itu yang menjadi sumbr pengetahuan manusia tentang tuhan, tentang kewajiban manusia berterima kasih kepada tuhan, tentang apa yang baik dan yang buruk, serta tentang kewajiban menjalankan yang baik dan menghindari yang buruk.



?    Aliran Mu’tazilah

Sebagai penganut pemikiran kalam tradisional, berpendapat bahwa akal mmpunyai kemampuan mengetahui empat konsep tersebut. Sementara itu aliran Maturidiyah Samarkand yang juga termasuk pemikiran kalam tradisional, mengatakan juga kecuali kewajiban menjalankan yang baik dan yang buruk akan mempunyai kemampuan mengetahui ketiga hal tersebut.

?    Aliran Asy’ariyah

 Sebagai penganut pemikiran kalam tradisional juga berpendapat bahwa akal hanya mampu mengetahui tuhan sedangkan tiga hal lainnya, yakni kewajiban berterima kasih kepada tuhan, baik dan buruk serta kewajiban melaksanakan yang baik dan menghindari yang jahat diketahui manusia berdasarkan wahyu. Sementara itu aliran maturidiah Bukhara yang juga digolongkan kedalam pemikiran kalam tradisional berpendapat bahwa dua dari keempat hal tersebut yakni mengetahui tuhan dan mengetahui yang baik dan buruk dapat diketahui dngan akal, sedangkan dua hal lainnya yakni kewajiaban berterima kasih kepada tuhan serta kewajiban melaksanakan yang baik serta meninggalkan yang buruk hanya dapat diketahui dengan wahyu.

Adapun ayat-ayat yang dijadikan dalil oleh paham Maturidiyah Samarkand dan mu’tazilah, dan terlebih lagi untuk menguatkan pendapat mereka adalah surat as-sajdah, surat al-ghosiyah ayat 17 dan surat al-a’rof ayat 185. Di samping itu, buku ushul fiqih berbicara tentang siapa yang menjadi hakim atau pembuat hukum sebelum bi’sah atau nabi diutus, menjelaskan bahwa Mu’tazilah berpendapat pembuat hukum adalah akal manusia sendiri . dan untuk memperkuat pendapat mereka dipergunakan dalil al-Qur’an surat Hud ayat 24.

Sementara itu aliran kalam tradisional mngambil beberapa ayat Al-qur’an sebagai dalil dalam rangka memperkuat pendapat yang mereka bawa . ayat-ayat tersebut adalah ayat 15 surat al-isro, ayat 134 surat Taha, ayat 164 surat An-Nisa dan ayat 18 surat Al-Mulk.


?    FUNGSI WAHYU
Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Bagi aliran kalam tradisional, akal  manusia sudah mengetahui empat hal, maka wahyu ini berfungsi memberi konfirmasi tentang apa yang telah dijelaskan oleh akal manusia sebelumnya. Tetapi baik dari aliran Mu’tazilah maupun dari aliran Samarkand tidak berhenti sampai di situ pendapat mereka, mereka menjelaskan bahwa betul akal sampai pada pengetahuan tentang kewajiban berterima kasih kepada tuhan serta mengerjakan kewajiban yang baik dan menghindarkan dari perbuatan yang buruk, namun tidaklah wahyu dalam pandangan mereka tidak perlu. Menurut Mu’tazilah dan Maturidiyah Samarkand wahyu tetaplah perlu.

Wahyu diperlukan untuk memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih kepada tuhan, menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang buruk, serta menjelaskan perincian upah dan hukuman yang akan di terima manusia di akhirat. Sementara itu, bagi bagi aliran kalam tradisional karena memberikan daya yang lemah pada akal fungsi wahyu pada aliran ini adalah sangat besar. Tanpa diberi tahu oleh wahyu manusia tidak mengetahui mana yang baik dan yang buruk, dan tidak mengetahui apa saja yang menjadi kewajibannya.

a.    Muktazilah

Wahyu mempunyai fungsi memberi penjelasan tentang perincian hukuman dan upah yang akan diterima manusia di akhirat. Abu Jabbar berkata akal tak dapat mengetahui bahwa upah untuk suatu perbuatan baik lebih besar dari pada upah yang ditentukan untuk suatu perbuatan baik lain, demikian pula akal tak mengetahui bahwa hkuman untuk suatu perbuatan buruk lebih besar dari hukuman untuk suatu perbuatan buruk yang lain. Semua itu hanya dapat diketahui dengan perantaraan wahyu. Al-Jubbai berkata wahyulah yang menjelaskan perincian hukuman dan upah yang akan diperoleh manusia di akhirat.
Dari uraian di atas dapatlah kiranya disimpulkan bahwa wahyu bagi Mu’tazilah mempunyai fungsi untuk informasi dan konfirmasi, memperkuat apa-apa yang telah diketahui akal dan menerangkan apa-apa yang belum diketahui akal. Dan demikian menyempurnakan pengtahuan yang telah diperoleh akal.

b.    Asy’Ariyah

Wahyu mempunyai fungsi yang banyak sekali, wahyu yang menentukan segala hal, sekiranya wahyu tak ada manusia akan bebas berbuat apa saja, yang dikehendakinya, dan sebagai akibatnya manusia akan berada dalam kekacauan. Wahyu perlu untuk mengatur masyarakat, dan demikianlah pendapat kaum Asy’ariyah. Al-Dawwani berkata salah satu fungsi wahyu adalah memberi tuntunan kepada manusia untuk mengatur hidupnya di dunia. Oleh karena itu pengiriman para rosul-rosul dalam teologi Asy’ariyah seharusnya suatu keharusan dan bukan hanya hal yang boleh terjadi sebagaimana hal dijelaskan olh Imam Al-Ghozali di dalam al-syahrastani.

c.    Al Maturidiyah

Adapun aliran Maturidiyah bagi cabang Samarkand mempunyai fungsi yang kurang wahyu tersebut, tetapi pada aliran Maturidiyah Bukhara adalah penting, bagi Maturidiyah Samarkand perlu hanya untuk mengetahui kewajiban tentang baik dan buruk, sedangkan bagi Maturidiyah Bukhara wahyu perlu untuk mengetahui kwajiban-kewajiban manusia.  Oleh Karena itu di dalam system teologi yang memberikan daya terbesar adalah akal dan fungsi terkecil kepada wahyu, manusia dipandang mempunyai kekuasaan dan kemerdekaan.tetapi di dalam system teologi lain yang memberikan daya terkecil pada akal dan fungsi terbesar pada wahyu. Manusia dipandang lemah dan tak merdeka.





AKAL DAN WAHYU II

?    PENGERTIAN

Akal dan wahyu adalah alat untuk mengenal tuhan.
Akal  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akal adalah daya pikir untuk memahami sesuatu atau kemampuan melihat cara-cara memahami lingkungannya. Yang dimaksud dengan akal adalah gabungan dari dua pengertian di atas, yang disampaikan oleh ibn Taimiyah dan menurut kamus, yakni daya pikir untuk memahami sesuatu, yang di dalamnya terdapat kemungkinan bahwa pemahaman yang didapat oleh akal bisa salah atau bisa benar. Wahyu adalah petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para nabi dan rasul melalui mimpi dan sebagainya.

Wahyu adalah sesuatu yang dimanifestasikan, diungkapkan. Ia adalah pencerahan, sebuah bukti atas realitas dan penegasan atas kebenaran. Setiap gagasan yang di dalamnya ditemukan kebenaran ilahi adalah wahyu, karena ia memperkaya pengetahuan sebagai petunjuk bagi manusia. Allah sendiri telah memberikan gambaran yang jelas mengenai wahyu ialah seperti yang digambarkan dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 16 yaitu:

 “Dengan Kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”

Menurut aliran teologi akal dapat sampai kepada Tuhan.

Masalahnya adalah samapai dimana kemampuan akal manusia mengetahui Tuhan, dan mengetahui kewajiban-kewajiban manusia kepada Tuhan. Sampai seberapa besar fungsi wahyu terhadap dua hal tersebut ?

Persoalan kekuasaan akal dan fungsi wahyu dihubungkan dengan dua hal pokok yaitu :
?    Mengetahui Tuhan
?    Soal baik dan jahat

Mengetahui Tuhan terbagi menjadi dua cabang :
?    Mengetahui Tuhan ( husul ma’rofat Allah )
?    Kewajiban mengetahui Tuhan ( wujud ma’rifah Allah )

Soal baik dan jahat terbagi menjadi dua cabang :
?    Mengetahui baik dan jahat ( al husn wal qubh )
?    Kewajiban mengerjakan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan jahat ( I’tinaq al hasan wa ijtinab al qabih ( al tahsin wa al taqbih ) )


?    PENDAPAT  MU’TAZILAH DAN ASY’ARIYAH

?    Mu’tazilah
Bagi kaum mu’tazilah segala pengetahuan dapat diperoleh dengan perantara akal, dan kewajiban-kewajiban dapat diketahui dengan pemikiran yang mendalam.
a.    Dengan demikian berterima kasih kepada Tuhan sebelum turunnya wahyu adalah wajib.
b.     Baik dan jahat wajib diketahui melalui akal
c.     Dan demikian pula mengerjakan yang baik dan menjauhi  yang jahat adalah pula wajib.  
Dari beberapa pendapat ulama mu’tazilah diantaranya adalah Abu al-Huzail, al-Nazzam, dan juga al-Syahrastani dapat disimpulkan bahwa jawaban kaum mu’tazilah atas keempat masalah pokok tersebut dapat diketahui oleh akal.
?    Asy’ariah
Dari aliran assy’ariah, al-Asy’ari menolak bagian besar dari pendapat kamu mu’tazilah di atas.
a.    Dalam pendapatnya segala kewajiban manusia hanya dapat diketahui melalui wahyu.
b.    Akal tak dapat membuat sesuatu menjadi wajib dan tak dapat mengetahui bahwa mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk adalah wajib bagi manusia.
c.    Akal dapat mengetahui Tuhan, tetapi wahyulah yang mewajibkan orang mengetahui Tuhan dan berterima kasih kepadanya.
d.    Dengan wahyulah dapat diketahui bahwa yang patut kepada Tuhan akan memperoleh apa dan yang tidak patuh kepada-Nya akan mendapat hukuman. Hal senada juga diungkapkan oleh para ulama Asy’ariah diantaranya adalah  Al Baghdadi, dan juga pendapat al-Gazali.
Al Baghdadi :

a.    Sebelum turun wahyu belum ada kewajiban dan larangan bagi manusia.
b.    Kalau orang percaya Tuhan sebelum turun wahyu, maka ia mukmin tetapi tidak berhak mendapat pahala
c.    Kalau orang tidak percaya sebelum ada wahyu, ia kafir tapi tidak harus dapat hukuman.


Al Ghazali :

a.    Akal tidak membawa kewajiban bagi manusia
b.    Kewajiban di tentukan oleh wahyu
c.    Kewajiban mengetahui Tuhan dan kewajiban berbuat baik dan menjauhi yang jahat hanya dapat diketahui dengan perantaraan wahyu
d.    Kata wajib adalah sifat dari perbuatan. Suatu perbuatan bersifat wajib kalau perbuatan itu tidak dilakukan , perbuatan itu menimbulkan kemudharatan bagi manusia di akhirat. Maka hal tersebut hanya dapat diketahui dengan perantaraan wahyu.
e.    Soal baik dan buruk:
1.    Suatu perbuatan disebut baik kalau selesai dengan maksud pembuat. Sesuai dengan tujuan
2.    Baik kalau sesuai dengan tujuan masa depan yaitu akhirat. Tujuan akhirat hanya dapat diketahui oleh wahyu.
f.    Soal wujud Tuhan dapat diketahui melalui pemikiran tentang alam, sehingga dapat diketahui oleh akal.

Objek pengetahuan ada tiga :

1.    Diketahui dengan akal saja
2.    Diketahui dengan wahyu saja
3.    Diketahui dengan wahyu dan akal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar